Jumat 27 Nov 2020 06:54 WIB

Komunikasi di Warung Makan

Melayani sepenuh hati kepada orang lain itu adalah kebaikan.

Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

REPUBLIKA.CO.ID, Erik Hadi Saputra*

Pembaca yang kreatif, pada Senin (23/11) dalam acara bincang online di mana saya diminta menjadi moderator, Prof M Suyanto ditanya oleh salah satu peserta, bagaimana cara beliau mendapatkan klien hingga ke level internasional? Pertanyaan ini muncul dikarenakan dalam slide materinya Prof Yanto menunjukkan foto kerja sama dengan salah satu industri di Hollywood yang sedang dibangun. 

Jawaban dari semua itu ternyata diawali dari mengajak makan. Ketika sedang berada di luar negeri dalam satu acara festival film, seorang sutradara muda dari Amerika mengajak Prof Yanto berbincang di restoran yang berada di sebelah gedung area ferstival. 

Ketika berbincang, sutradara ini menunjukkan ketertarikannya dalam animasi. Akhirnya terjadilah kerja sama dalam rencana produksi film animasi bersama. Kejadian itu memberikan ide kepada Prof Yanto untuk mengajak berbincang di restoran setiap tamu potensial yang datang ke stand pameran.

Saya pun pernah mengalami hal saya sama dari sisi yang lain. Dua pekan lalu saya mengisi webinar di salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Pada saat sambutan, ketua program studinya menyampaikan kepada Dekan dan seluruh hadirin bahwa acara ini sebenarnya sudah direncanakan sekitar dua tahun lalu. Di mana pada saat beliau datang ke Yogyakarta kami berbincang santai. Beliau menyampaikan sangat berkesan ketika diajak makan malam ke salah satu restoran seafood di Jogja. 

Pembaca yang kreatif, terlepas sebagian orang mengatakan ini adalah pemborosan, namun yang Anda harus sikapi adalah bahwa melayani sepenuh hati kepada orang lain itu adalah kebaikan. Maka tak heran jika Anda pun akan menerima balasan kebaikan suatu saat nanti. Terlebih lagi dalam agama kita juga diminta untuk memuliakan tamu. Terlepas tidak adanya nanti kerja sama setelah itu, maka anggap saja semua itu bagian dari kemurahan hati Anda. 

Pertemuan dengan klien dalam situasi yang santai akan memberikan dua dampak. Pertama dampak hasil dan kedua dampak komunikasi. Dampak hasil jelas terlihat dengan adanya transaksi pembelian atau penjualan. Dampak komunikasi bisa saja tidak terlihat dan belum anda dapatkan pada saat itu. 

Namun yakinlah, suatu saat Anda akan dapatkan dalam masa yang tepat. Anda tidak percaya? Coba Anda lihat jika perusahaan atau institusi Anda tetap mendapatkan pendapatan yang baik di tengah kondisi Covid-19. Di mana daya beli melemah, keuangan pribadi dan usaha banyak yang anjlok. Namun perusahaan anda tetap eksis dan dipercaya, bahkan penjualan jauh meningkat dengan memanfaatkan semua fasilitas online. 

Saya yakin, kondisi ini bisa terjadi dikarenakan dampak komunikasi yang sudah banyak anda jalin dengan banyak orang. Kalau Anda mau melakukan tracking, maka akan ketemu semua ini bermula dari mana. Coba sajalah. 

Salah satu mahasiswa dalam kuliah komunikasi bisnis untuk program studi kewirausahaan mengatakan, ketika diajak makan siang oleh salah satu instansi terkait kegiatan yang akan mereka bantu laksanakan bersama organisasi mahasiswa lintas universitas. Mahasiswa saya ini cenderung setuju dengan pembicaraan yang dilakukan pada saat itu. Alasannya sederhana, karena dia merasa dihargai dan diposisikan. 

Mengapa komunikasi di meja makan begitu memberikan hasil? Saat makan orang memiliki waktu yang panjang, bisa satu jam, dua jam, bahkan ada yang sampai setengah hari. 

Pembaca yang kreatif, kalau ketemu dengan relasi, sahabat atau orang lain yang berpotensi untuk kerja sama, maka luangkan waktu untuk mengajak mereka menuju warung makan. Saya ingat sekali kalau sedang chatting atau ketemu dengan teman-teman Republika, saya suka mendahului dengan mengatakan, "Kapan kita ngopi bos?". Sehat dan sukses selalu.

*Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement