Rabu 25 Nov 2020 15:00 WIB

 Jika Terjadi, Erupsi Merapi Diprediksi tidak Sebesar 2010

Saat ini aktivitas guguran semakin meningkat, yang menunjukkan dekatnya waktu erupsi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Warga menyalakan api unggun saat ronda malam di Stabelan, Tlogolele, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (23/11). Sejak naik status Siaga Gunung Merapi, warga melakukan ronda malam secara bergantian. Selain untuk memantau kondisi Gunung Merapi juga untuk menjaga keamanan desa.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Warga menyalakan api unggun saat ronda malam di Stabelan, Tlogolele, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (23/11). Sejak naik status Siaga Gunung Merapi, warga melakukan ronda malam secara bergantian. Selain untuk memantau kondisi Gunung Merapi juga untuk menjaga keamanan desa.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas Gunung Merapi memang masih berstatus siaga atau level III. Tapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memperkirakan, kalaupun terjadi erupsi eksplosif kekuatannya tidak sebesar 2010.

Perekayasa Ahli Madya BPPTKG, Dewi Sri Sayudi mengatakan, saat ini data pemantauan baik seismik maupun deformasi Gunung Merapi memang masih tinggi. Lalu, aktivitas guguran semakin meningkat, yang sekaligus menunjukkan dekatnya waktu erupsi.

"Namun, jika terjadi erupsi eksplosif kemungkinan tidak sebesar erupsi 2010 lalu," kata Dewi, Selasa (24/11) sore.

Ia menerangkan, prakiraan didasarkan fakta-fakta seperti tidak terjadinya kegempaan dalam, migrasi magma berlangsung pelan, jumlah dan pola kegempaan, dan deformasi EDM bersifat efusif mengikuti pola 2006. Selain itu, banyak terjadi gempa hembusan. "Menandakan lepasnya gas," ujar Dewi.

Status siaga sendiri masih ditetapkan di Gunung Merapi, sejak ditetapkan pada 5 November 2020 lalu. Menyikapi perkembangan aktivitas tersebut, masyarakat diimbau tetap tenang, sambil terus memperhatikan arahan dari pihak-pihak yang berwenang.

Kepala Plt. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Joko Supriyatno berharap, masyarakat dapat lebih teliti pula dalam mengakses berita terkait Gunung Merapi. Sehingga, tidak mudah terpengaruh kabar-kabar hoaks.

"Supaya tidak terjadi keresahan di masyarakat, terlebih di masa pandemi seperti saat ini," kata Joko. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement