Rabu 25 Nov 2020 10:01 WIB

Komisi Ethiopia: Kelompok Pemuda Tigray Tewaskan 600 Warga

Komisi HAM Ethiopia melaporkan adanya kelompok pemuda yang bunuh ratusan warga sipil

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Gambar ini dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia duduk di sebuah pengangkut personel lapis baja di sebelah bendera nasional, di jalan di daerah dekat perbatasan Tigray dan wilayah Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu
Foto: AP/Ethiopian News Agency
Gambar ini dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia duduk di sebuah pengangkut personel lapis baja di sebelah bendera nasional, di jalan di daerah dekat perbatasan Tigray dan wilayah Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI - Sekelompok pemuda Tigray menikam, mencekik, dan juga memukul hingga tewas sedikitnya 600 warga sipil. Para pemuda bersekongkol bersama pasukan keamanan setempat selama pembantaian di Kota Mai Kadra. Demikian laporan Komisi HAM Ethiopia pada Selasa.

Serangan 9 November menargetkan penduduk non-Tigray, ungkap komisi yang ditunjuk negara. Reuters tidak langsung dapat memverifikasi laporan itu lantaran jaringan telepon dan internet ke kawasan tersebut terputus dan aksesnya dikontrol secara ketat.

Baca Juga

Pemimpin pasukan Tigray tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Namun, sebelumnya mereka menolak bertanggung jawab atas pembantaian tersebut.

Menurut laporan, serangan dilakukan terhadap penduduk Mai Kadra dari kelompok etnik Amhara dan Wolkait. Komisi menyebut serangan itu "pembantaian".

Kota Mai Kadra terletak di bagian barat daya Tigray di utara Ethiopia. Di sana pasukan pemerintah federal baku hantam dengan pasukan Tigray dalam perang tiga pekan yang menewaskan ratusan orang sekaligus menyebarkan kekhawatiran global.

Dalam laporan itu disebutkan pada pagi hari serangan, polisi setempat mulai memeriksa kartu identitas penduduk guna "membedakan warga non-Tigray yang berasal dari tempat lain".

Sore harinya, sekelompok pemuda yang bernama "Samri" bersama dengan anggota milisi dan polisi setempat mendatangi sebuah daerah di kota tersebut, di mana sebagian besar penduduk non-Tigray tinggal.

Serangan diawali dengan eksekusi terhadap seorang petani Amhara, yang tewas di depan keluarganya sebelumnya rumahnya dibakar dan jasadnya ikut dilemparkan ke api. Demikian bunyi laporan tersebut yang mengutip wawancara dengan istri korban dan saksi mata.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement