Selasa 24 Nov 2020 21:38 WIB

Kota Gaza Segera Alami Darurat Bencana Covid-19

Peningkatan pesat infeksi Covid-19 di Jalur Gaza telah mencapai tahap bencana

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Christiyaningsih
 Seorang wanita Palestina berjalan bersama putrinya di samping mural yang menggambarkan virus corona, di Kota Gaza, Senin, 14 September 2020.
Foto: AP/Khalil Hamra
Seorang wanita Palestina berjalan bersama putrinya di samping mural yang menggambarkan virus corona, di Kota Gaza, Senin, 14 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Peningkatan pesat infeksi Covid-19 di Jalur Gaza telah mencapai tahap bencana. Pejabat kesehatan setempat bahkan memprediksi penanganan pasien akan semakin tidak terkendali dalam beberapa hari.

Virus Covid-19 menyebar secara cepat di Gaza yang menjadi salah satu tempat paling ramai di dunia, terutama di kamp-kamp pengungsian. Kementerian kesehatan telah memperingatkan kemungkinan hal ini menjadi bencana.

Baca Juga

Penasihat menteri kesehatan Fathi Abuwarda mengatakan lonjakan infeksi baru-baru ini dapat segera menjadi tidak terkendali. Ratusan orang tertular virus setiap hari dan tidak ada tempat untuk merawat mereka.

“Kami telah memasuki tahap bencana dan jika kami terus seperti ini, sistem perawatan kesehatan akan runtuh. Solusi terbaik adalah karantina penuh selama 14 hari, yang akan memungkinkan tim medis untuk mengendalikan dan memerangi virus, dengan hanya toko yang menyediakan persediaan makanan tetap buka," katanya dilansir Aljazirah, Senin (23/11).

Abuwarda mengatakan kementerian kesehatan telah mempersiapkan Rumah Sakit Eropa Gaza untuk merawat pasien Covid-19. Akan tetapi kapasitas rumah sakit itu tidak mencukupi. Sebanyak 300 dari 360 tempat tidurnya sudah terisi.

“Di Jalur Gaza, ada sekitar 500 tempat tidur yang tersebar di daerah kantong pantai. Namun mengingat sekitar 5.000 warga Palestina tinggal di setiap kilometer persegi di Gaza, rumah sakit ini tidak dapat menampung semua kasus," jelasnya.

Kurangnya alat penguji virus corona dan alat pelindung diri (APD) juga memperumit perjuangan melawan virus karena Israel terus memberlakukan pembatasan pada pasokan medis yang mencapai Gaza.

Gaza telah berada di bawah pengepungan darat, udara, dan laut yang ketat selama lebih dari 13 tahun oleh Israel dan Mesir. Kondisi ini memutusnya dari wilayah lainnya. Harapan awal bahwa isolasi Gaza akan menghindarkannya dari pandemi pupus karena wilayah pesisir yang padat penduduknya berada di bawah ancaman parah dengan sistem perawatan kesehatan yang bobrok yang tidak mampu menangani banyaknya pasien.

Pada 24 Agustus lalu, hanya empat warga Palestina yang dilaporkan terinfeksi virus corona di Jalur Gaza. Namun hingga Senin, 14.768 orang telah tertular Covid-19 dengan 65 kematian dan jumlah kasus kritis mencapai 79.

"Jalur Gaza kekurangan mesin penghasil oksigen, ventilator, alat pelindung, dan bahan kebersihan. Kepala hubungan internasional di pemerintahan yang dipimpin Hamas. Tiga puluh dua persen obat dasar dan 62 persen obat dan bahan untuk laboratorium medis tidak tersedia," kata mantan menteri kesehatan Basim Naim.

Basim meminta komunitas internasional dan badan-badan bantuan untuk segera turun tangan guna menghentikan bencana yang akan segera terjadi. Ia juga menuduh Israel membatasi masuknya pasokan medis hanya dengan dalih keamanan.

“Kepemimpinan Hamas tidak akan menerima kematian rakyat Palestina baik karena kelaparan atau membiarkan mereka mati karena pandemi. Kami meminta komunitas internasional untuk memberi kami sumber daya keuangan yang diperlukan untuk membeli semua barang yang diperlukan untuk memerangi virus," kata Basim.

Salama Marouf, kepala kantor informasi pemerintah, menggarisbawahi perlunya membawa ventilator penyelamat jiwa ke Gaza. Dia menambahkan bahwa semua tindakan sedang dibahas sekarang, termasuk karantina penuh untuk mengendalikan infeksi.

Para pejabat mengatakan meskipun ada mediasi Mesir, Israel masih menolak untuk mengizinkan ventilator ke Gaza. Kondisi itu membuat pemberian izin tergantung pada kembalinya tubuh tentara yang disimpan oleh Hamas sejak perang Israel di Gaza pada 2014.

Jalur Gaza adalah daerah pesisir sepanjang 100 kilometer yang menjadi rumah bagi lebih dari 2,1 juta orang Palestina. Kota ini adalah salah satu wilayah terakhir yang dilanda Covid-19 di seluruh dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement