Selasa 24 Nov 2020 20:50 WIB

PBB Serukan Gencatan Senjata Segera di Afghanistan

Sekjen PBB serukan gencatan senjata dan tanpa syarat di Afghanistan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Petugas dan warga membawa korban bom menuju rumah sakit di Kota Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar, Afghanistan, Sabtu (16/6). Ledakan bom bunuh diri terjadi ketika kelompok Taliban dan pemerintah sedang menggelar genjatan senjata kala Idul Fitri 1439 Hijriah.
Foto: Mohammad Anwar Danishyar/AP
Petugas dan warga membawa korban bom menuju rumah sakit di Kota Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar, Afghanistan, Sabtu (16/6). Ledakan bom bunuh diri terjadi ketika kelompok Taliban dan pemerintah sedang menggelar genjatan senjata kala Idul Fitri 1439 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata dan tanpa syarat di Afghanistan. Hal itu guna menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembicaraan damai intra-Afghanistan yang berlangsung di Doha, Qatar.

“Proses inklusif, di mana perempuan, pemuda, dan korban konflik terwakili secara bermakna, menawarkan harapan terbaik untuk perdamaian yang berkelanjutan,” kata Guterres dalam konferensi Afghanistan di Jenewa, Swiss, Selasa (23/11).

Baca Juga

Dia menyebut kemajuan dalam proses perdamaian akan berkontribusi pada pengembangan seluruh kawasan. "Ini merupakan langkah penting menuju kembalinya jutaan pengungsi Afghanistan yang aman, tertib, dan bermartabat," ujar Guterres.

Saat ini Pemerintah Afghanistan tengah menjalin pembicaraan damai dengan Taliban di Doha, Qatar. Hal itu diharapkan dapat berjalan lancar guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 19 tahun. Sebelumnya Taliban telah mencapai kesepakatan damai dengan sekutu utama Afghanistan yakni Amerika Serikat (AS).

Di bawah kesepakatan tersebut, Washington setuju untuk menarik pasukannya dari Afghanistan secara gradual. Pada Selasa (17/11) lalu, AS mengumumkan akan secara tajam mengurangi jumlah personel militernya di Afghanistan dari 4.500 menjadi 2.500.

Pengumuman itu muncul karena telah terjadi peningkatan kekerasan di Afghanistan. Taliban terus melakukan serangan yang menargetkan para pemimpin pemerintah, pasukan keamanan, dan warga sipil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement