Selasa 24 Nov 2020 04:32 WIB

Nilai Kontrak Baru Waskita Hingga Oktober Mencapai Rp 15 T

Saat ini Waskita juga sedang menyiapkan strategi restrukturisasi utang.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pekerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk menyelesaikan proyek jalan tol Tebing Tinggi - Parapat saat dimulainya pembangunan jalan tol tahap I di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Rabu (24/7). PT Waskita Karya (Persero) Tbk mendapatkan nilai kontrak baru (NKB) hingga Oktober 2020 sebesar Rp 15 triliun dari target sampai Desember 2020 sebesar Rp 26 triliun.
Foto: Antara/Septianda Perdana
Pekerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk menyelesaikan proyek jalan tol Tebing Tinggi - Parapat saat dimulainya pembangunan jalan tol tahap I di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Rabu (24/7). PT Waskita Karya (Persero) Tbk mendapatkan nilai kontrak baru (NKB) hingga Oktober 2020 sebesar Rp 15 triliun dari target sampai Desember 2020 sebesar Rp 26 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Waskita Karya (Persero) Tbk mendapatkan nilai kontrak baru (NKB) hingga Oktober 2020 sebesar Rp 15 triliun dari target sampai Desember 2020 sebesar Rp 26 triliun. Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan NKB tersebut berasal dari proyek pengembangan bisnis, pemerintah, BUMN, dan swasta, sehingga total kontrak yang dikelola sampai akhir 2020 sebesar Rp 65 triliun. 

"Waskita juga terus berusaha mendapatkan proyek-proyek baru agar ke depan menjadi berimbang antara pengembangan bisnis (investasi) dengan proyek-proyek eksternal," ujar Destiawan di Jakarta, Senin (23/11).

Destiawan menyampaikan proyek-proyek eksternal tersebut di antaranya berasal dari pemerintah, BUMN, swasta, dan luar negeri. Hal itu dilakukan untuk memperkuat arus kas dengan target bisa menyumbang 50 persen terhadap total kontrak baru setiap tahun. 

"Proyek yang sifatnya langsung dari eksternal sangat dibutuhkan untuk mendanai fixed cost perseroan setiap tahun," ucap Destiawan.

Menurut Destiawan, saat ini Waskita juga sedang menyiapkan strategi restrukturisasi utang. Strategi pertama Waskita, kata Destiawan, adalah menyelesaikan permasalahan arus kas akibat mundurnya rencana divestasi sebagai dampak wabah Covid-19 serta alokasi anggaran pemerintah yang diprioritaskan untuk penanganan Covid-19.  

"Yang kedua, menjalankan restrukturisasi utang-utang bertenor pendek menjadi tenor panjang, khususnya untuk investasi tol sehingga dapat melonggarkan kredit untuk kepentingan proyek-proyek eksternal," sambung Destiawan.

Strategi Waskita berikutnya, menurut Destiawan, adalah divestasi beberapa ruas tolnya. Divestasi itu bisa dalam bentuk penjualan seluruh kepemilikan sahamnya di sebuah konsesi ruas tol atau bisa juga melalui reksa dana penyertaan terbatas (RDPT). 

"Kami tetap melanjutkan rencana divestasi setidaknya empat ruas tol dalam waktu dekat. Akibat pandemi Covid-19 pelaksanaannya mundur dari target semula dan kami terus berusaha untuk bisa segera teratasi," ungkap Destiawan. 

Destiawan menambahkan, perusahaan juga akan terus meningkatkan human capital untuk menunjang program pengembangan perusahaan. Peningkatan tersebut, kata dia, dilaksanakan dengan berlandaskan budaya Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif atau Akhlak.

"Strategi tersebut bertujuan meningkatkan inovasi dan kreasi seluruh insan Waskita Karya," kata Destiawan.

Destiawan mengungkapkan Waskita juga sudah mempunyai aplikasi Waskita Integrated Digital Enterprise atau Wide. Ia menerangkan, Wide merupakan kompilasi beberapa aplikasi teknis seperti Waskita Aplication Vendor Excellence (WAVE), Waskita Employee Self Service Tecnology (WEST), Waskita Enterprise Risk management (WARM), Waskita Equipment Log and list (WELL), Whistle Blowing System (WBS), QHSE Application, Project Monitoring System (PROMIS), dan implementasi software Enterprise Resource Planning (ERP) dengan platform SAP S/4 HANA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement