Selasa 24 Nov 2020 05:55 WIB

Mimpi Buruk Barcelona Belum Berakhir

Barcelona wajib mengembalikan kepercayaan para penggemar.

Rep: Muhammad Ikhwanudin/ Red: Agung Sasongko
Lionel Messi
Foto: EPA-EFE/JUANJO MARTIN
Lionel Messi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pepatah bijak berkata bahwa kehidupan bagaikan putaran roda yang bisa berubah posisi dari atas ke bawah. Ibarat kehidupan nyata, tidak ada kejayaan yang abadi bagi sebuah tim sepakbola. Kali ini, giliran Barcelona yang merasakannya. 

Skuat Blaugrana menjadi bulan-bulanan ketika harus tertunduk malu karena dikalahkan Atletico Madrid 0-1 di La Liga Spanyol, akhir pekan lalu.  Kubu Katalan hanya mampu meraih 11 dari 24 poin yang seharusnya bisa mereka dapatkan. Tiga kemenangan, dua hasil imbang, dan tiga kali kalah dalam delapan pertandingan di awal musim bukanlah Barcelona yang biasanya. 

Baca Juga

Ini merupakan catatan terburuk Barcelona dalam 25 tahun terakhir. Mereka pernah merasakan hal serupa pada musim 1995/96 ketika Ronald Koeman yang masih berkarier sebagai pemain, baru saja angkat kaki dari Camp Nou. 

Tak ada gelar yang diraih kala itu. Memori buruk tersebut sekaligus menjadi saat-saat terakhir kepemimpinan Johan Cruyff sebagai pelatih dan dinasti berjulukan 'Dream Team' pun berakhir. 

Kekalahan atas Real Madrid dalam El Classico pertama musim ini, disinyalir turut memengaruhi mental Lionel Messi dan kawan-kawan. Setelah mampu memenangkan dua pertandingan awal menghadapi Villareal dan Celta Vigo, Barcelona seakan terpuruk sejak takluk di tangan Los Blancos. 

Hal itu dibuktikan saat Barca dikalahkan Juventus di Liga Champions dan ditahan imbang Alaves di La Liga. Sempat menggoreskan kemenangan meyakinkan 5-2 atas Real Betis, Barca gagal menjaga konsistensi. 

Laman Marca pada Senin (22/11) menyebut Messi pantas dibebankan tanggungjawab terhadap penurunan kualitas timnya saat ini. Bintang lapangan berusia 33 tahun itu hampir selalu tampil sejak menit awal. Tapi dari delapan laga yang dijalani, ia hanya mencetak tiga gol. 

Publik dianggap masih layak memiliki ekspektasi tinggi terhadap Messi. Sejauh ini belum ada sosok lain yang mampu menggantikannya di atas panggung. Berharap pada Antoine Griezmann pun seperti menjaring angin, amat sia-sia. 

Messi yang sempat menyatakan diri ingin hengkang pun bagai menabuh genderang perang dengan manajemen. Walaupun yang bersangkutan tidak jadi angkat kaki, konflik internal yang terjadi di tubuh klub membuat Presiden Barcelona, Josep Bartomeu menanggalkan jabatannya. 

Barcelona wajib mengembalikan kepercayaan para penggemar setelah musim lalu sudah dianggap gagal karena tidak ada satupun trofi yang diraih. Namun, cita-cita itu ternyata tidak semudah memecat pelatih dan mendepak sederet pemain. 

Kedatangan Ronald Koeman pun belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Absennya pemain-pemain bintang karena cedera turut memperparah keadaan tim.  Barisan empat bek yang diisi Sergino Dest, Sergi Roberto, Jordi Alba, dan Gerard Pique tidak mampu menahan gempuran lawan. Pique yang baru saja menepi akibat cedera lutut pun menambah beban tim karena Samuel Umtiti juga terus-menerus cedera. 

Di sektor gelandang, Miralem Pjanic harus banting tulang ekstra keras karena Sergio Busquets belum sembuh betul. Duetnya dengan Frenkie De Jong pun dinilai tidak efektif.  Kehilangan Vidal di membuat sektor gelandang menjadi rapuh. Hengkangnya Luis Suarez juga membuat lini depan tidak bertaring, terlebih lagi ketika Ansu Fati harus rehat akibat cedera parah. 

Dengan opsi pemain yang sedikit ditambah kondisi finansial yang terpuruk akibat pandemi Covid-19, Koeman menghadapi tantangan berat yang pernah dihadapi oleh mendiang Johan Cruyff. Jika Cruyff pada akhirnya gagal saat itu, Koeman tentu tidak ingin mengalami hal serupa. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement