Senin 23 Nov 2020 18:59 WIB

PM Ethiopia Beri Waktu 72 Jam untuk Pasukan Tigray Menyerah

Militer Ethiopia mengancam akan menyerang ibu kota Mekelle

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Gambar ini dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia duduk di sebuah pengangkut personel lapis baja di sebelah bendera nasional, di jalan di daerah dekat perbatasan Tigray dan wilayah Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu
Foto: AP/Ethiopian News Agency
Gambar ini dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia duduk di sebuah pengangkut personel lapis baja di sebelah bendera nasional, di jalan di daerah dekat perbatasan Tigray dan wilayah Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengultimatum pasukan regional Tigray dengan memberi waktu 72 jam untuk menyerah, Ahad (22/11) malam waktu setempat. Jika tidak, maka militer negara itu memulai serangan di ibu kota regional, Mekelle.

"Kami mendesak Anda untuk menyerah dengan damai dalam waktu 72 jam, menyadari Anda berada di titik tidak bisa kembali," kata Abiy dalam pesan langsung melalui akun resmi Twitternya, Ahad malam (22/11).

Baca Juga

Hingga kini pasukan Tigray tidak dapat dihubungi. Seorang juru bicara militer Ethiopia mengatakan, bahwa pasukan militer bakal maju merencanakan pengepungan Mekelle dengan tank. Pihaknya juga mungkin menembaki kota itu untuk memaksanya menyerah.

Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menolak untuk menyerahkan kekuasaannya di wilayah utara Ethiopia. TPLF mengatakan pasukannya sedang menggali parit dan berdiri kokoh.

Reuters tidak dapat mengkonfirmasi pernyataan terbaru tentang perang tersebut. Klaim oleh semua pihak sulit untuk diverifikasi karena komunikasi telepon dan internet terputus.

Pasukan federal Abiy telah merebut serangkaian kota selama pengeboman udara dan pertempuran darat. Kini, pasukan membidik Mekelle, kota dataran tinggi berpenduduk sekitar 500 ribu orang tempat pemberontak bermarkas.

Konflik keduanya berkobar pada 4 November. Sejak itu dilaporkan ratusan orang tewas dan 30 ribu orang mengungsi ke negara tetangga, Suda. Roket juga telah diluncurkan oleh pemberontak ke wilayah tetangga Amhara dan melintasi perbatasan ke negara Eritrea.

Negara-negara lain telah mendesak perundingan. Namun, Abiy terus menekan Tigray dengan ofensif.

Dalam pernyataannya pada ahad malam, Abiy mengatakan, bahwa selama operasi penegakan hukum, tindakan pencegahan yang diperlukan telah diambil untuk memastikan warga sipil tak dirugikan. Mengacu pada TPLF, Abiy mengatakan bahwa semua wilayah yang tersisa adalah benteng yang telah didirikan di Mekelle dan kebanggaan yang kosong.

Dia mengatakan rakyat Tigray sudah muak dengan kekerasan TPLF terhadap mereka. Dia pun mengimbau rakyat Mekelle untuk berdiri bersama pasukan federal dalam membawa kelompok pengkhianat ke pengadilan.

Abiy menuduh para pemimpin Tigray memberontak melawan otoritas pusat dan memulai konflik dengan menyerang pasukan federal di kota Dansha pada 4 November. Namun, pemberontak mengatakan pemerintahan Abiy telah meminggirkan rakyat Tigray sejak menjabat dua tahun lalu. Mereka menuduh Abiy mencopot wilayah Tigray dari peran senior di pemerintahan dan militer serta menahan banyak orang atas pelanggaran hak dan tuduhan korupsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement