Ahad 22 Nov 2020 09:20 WIB

China Tangguhkan Utang 2,1 Miliar Dolar AS untuk 23 Negara

G20 setuju untuk menangguhkan sementara pembayaran utang dari 73 negara termiskin.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Utang/ilustrasi
Foto: johndillon.ie
Utang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemberi pinjaman China menangguhkan pemberian utang sebesar 2,1 miliar dolar AS untuk sekitar 23 negara. Sementara itu, Menteri Keuangan China telah menyerukan fasilitas keringanan utang multilateral untuk meringankan beban negara-negara miskin di tengah pandemi virus Covid-19.

Menteri Keuangan China, Liu Kun mengatakan kreditor resmi Badan Kerjasama Pembangunan Internasional China dan Bank Ekspor-Impor China menangguhkan pembayaran 1,353 miliar dolar AS dari 23 negara. Sebuah pernyataan menyebut China Development Bank telah membekukan 748 juta dolar AS.

Baca Juga

Menurut data Bank Dunia, penangguhan tersebut kurang dari sepertiga dari perkiraan sebesar 7,2 miliar dolar AS utang kepada pemberi pinjaman China oleh negara-negara miskin yang memenuhi syarat untuk moratorium pembayaran antara Mei dan Desember tahun ini.

G20 yang mencakup China telah setuju pada bulan April untuk menangguhkan sementara pembayaran utang dari 73 negara termiskin di dunia. G-20 memperpanjang keringanan utang hingga setidaknya paruh pertama tahun 2021. Sekaligus menyepakati kerangka kerja bersama untuk memperbaiki utang negara-negara yang paling menderita akibat efek pandemi.

Presiden Bank Dunia, David Malpass secara terbuka mempertanyakan partisipasi China dalam inisiatif penangguhan utang. Ia meminta Beijing untuk menawarkan lebih banyak keringanan sebagai kreditor resmi terbesar di dunia.

Pemerintah Barat lainnya juga telah menyatakan keraguan tentang komitmen China terhadap strategi bersama untuk merombak miliaran dolar dalam utang negara. Liu dalam pernyataannya membalas dan meminta Bank Dunia untuk membantu negara-negara yang sarat hutang dengan mendirikan fasilitas keringanan hutang multilateral yang akan dipertimbangkan untuk disumbangkan oleh China.

"Bank Dunia, sebagai kreditor multilateral utama, harus mengambil bagian dalam penanganan utang dan menjajaki berbagai opsi untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada negara-negara termiskin dalam meringankan beban utang mereka," kata Liu dilansir Bloomberg, Sabtu (21/11).

Menurutnya, jika Bank Dunia mengambil bagian dalam penanganan utang melalui pembentukan fasilitas keringanan utang multilateral, China akan secara positif mempertimbangkan untuk berkontribusi ke fasilitas tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement