Jumat 20 Nov 2020 14:16 WIB

Pemakaman Covid-19 Muslim di Birmingham Penuh

Pengelola makam di Birmingham mengubur hingga 50 orang dalam satu pekan.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Pemakaman Covid-19 Muslim di Birmingham Penuh.
Foto: www.panoramio.com
Pemakaman Covid-19 Muslim di Birmingham Penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kawasan pemakaman Birmingham, Inggris penuh karena lonjakan kematian akibat Covid-19. Dua minggu lalu, pengelola pemakaman mengonfirmasi hanya tersisa 15 ruang untuk jenazah Muslim dan 70 untuk agama lainnya.

Kota-kota utara Birmingham dan Bradford, terus mengalami peningkatan kematian karena Covid-19. Akibatnya, ruang pemakaman semakin terbatas dan petugas penggali kubur bekerja lembur.

Baca Juga

“Dampak Covid-19 membuat slot makam di Pemakaman Handsworth telah digunakan pada tingkat yang lebih cepat daripada yang kami perkirakan sebelumnya,” kata anggota dewan Birmingham, Sharon Thompson dan anggota kabinet untuk rumah dan lingkungan.

Menurutnya, lebih dari 3.270 orang telah meninggal karena virus corona di daerahnya. Bahkan saat ini, Handsworth merupakan satu dari 10 kawasan tertinggi tingkat infeksi Covid-19.

Ketua Dewan Masjid Bradford dan kepala Layanan Duka Cita Muslim, Zulfi Karim, mengatakan petugas penggali kubur terus bekerja lembur. Mereka bekerja bergantian setiap harinya karena lonjakan jumlah kematian akibat virus corona.

"Kami membagi tiga shift kerja untuk penggalian kubur. Para petugas bekerja dari pukul 06.00 sampai 22.00, menyiapkan kuburan," ujar Karim dilansir dari The National News, Jumat (20/11).

Dalam 10 hari terakhir, 38 penggalian dan pemakaman dilakukan. Padahal biasanya, peningkatan jumlah pemakaman hanya terjadi di musim dingin.

"Secepat kami menggali kuburan, kami mengisinya dengan mayat. Ini benar-benar mengkhawatirkan, dan staf saya mencapai tahap di mana kami berada dalam kapasitas penuh," ujarnya.

Karim mengaku akan berbincang dengan perusahaan konstruksi untuk melihat, apakah bisa menemukan metode baru untuk merancang dan mempersiapkan penggalian kuburan. "Dari sudut pandang pribadi, saya belum pernah melihat yang seperti ini. Saya tidak pernah berpikir saya akan mengalami ini di sini di Inggris dalam situasi non-perang," ujarnya.

Pemerintah Inggris masih melakukan karantina untuk membendung penyebaran virus corona. Ini merupakan karantina kedua yang mulai diberlakukan pada awal November lalu.

Sebanyak 100 kasus kematian dalam satu minggu terjadi di Bradford. "Ini meningkat dari 60 atau 70 kasus di musim panas. Di rumah sakit, tingkat masuk Covid-19 telah melampaui puncak pertama pada April, dan sekarang angka kematian jauh lebih rendah, karena kami sudah terbiasa dan semakin ahli dalam merawat dan mengobati pasien Covid," kata John Wright dari Bradford Royal Infirmary.

Pasien yang dirawat di Bradford Royal Infirmary pun telah berkurang lebih dari setengahnya. Mereka yang ditawat dari 13 hari berkurang menjadi hanya enam hari.

Di London, kuburan massal digali tahun ini untuk memenuhi permintaan di Eternal Gardens, yang berada di Chislehurst, sebuah distrik di tenggara London. Manajer pengembangan Eternal Gardens, Asif Hassanali mengatakan timnya biasanya mengubur maksimal 10 orang per pekan, tetapi meningkatnya kematian terkait Covid membuat timnya mengubur hingga 50 orang dalam satu pekan.

Eternal Garden telah mengadopsi metode unik dalam menguburkan jenazah sesuai dengan hukum Islam. Setelah melakukan penguburan, 10 jenazah di masing-masing plot, selanjutnya barulah melakukan doa pemakaman.

Pada April, Ismail Mohamed Abdulwahab, yang baru berusia 13 tahun, dari Brixton di London selatan, dimakamkan di sana. Kematiannya yang diakibatkan karena virus, membuatnya dimakamkan tanpa kehadiran keluarga karena harus mengisolasi diri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement