Jumat 20 Nov 2020 03:10 WIB

Kasus Covid-19 Melonjak, Jepang Siaga Maksimum

Jepang mencatat lebih dari 2.000 kasus infeksi Covid-19 harian pada Rabu (18/11)

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang muda yang mengenakan topeng pelindung berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat department store mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang. Jepang mencatat lebih dari 2.000 kasus infeksi Covid-19 harian pada Rabu (18/11). Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Orang-orang muda yang mengenakan topeng pelindung berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat department store mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang. Jepang mencatat lebih dari 2.000 kasus infeksi Covid-19 harian pada Rabu (18/11). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Jepang mencatat lebih dari 2.000 kasus infeksi Covid-19 harian pada Rabu (18/11). Kondisi ini membuat negara itu harus mengambil langkah siaga secara maksimal karena jumlah wabah yang mencapai rekor dan dikhawatirkan dapat menyebar tidak terkendali.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mendesak agar berhati-hati dengan mengatakan negara dalam siaga maksimum. Sebanyak 2.191 kasus Covid-19 telah dikonfirmasi hingga Rabu (18/11) pukul 22.00 waktu setempat, jauh di atas level tertinggi sebelumnya yaitu 1.720 kasus pada Sabtu (14/11).

Baca Juga

Di Tokyo, kasus Covid-19 juga mencapai rekor tertinggi baru dengan jumlah 493, dengan prefektur terdekat, yaitu Kanagawa dan Saitama melaporkan angka rekor juga. Sementara di Osaka terdapat lebih dari 200 kasus terbaru yang memasuki hari kedua berturut-turut.

Tidak seperti lonjakan kasus Covid-19 sebelumnya pada Agustus, peningkatan wabah di Jepang saat ini juga telah mendorong banyaknya rawat inap di rumah sakit dibutuhkan. Hal ini telah memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan tindakan lebih karena sistem perawatan kesehatan di beberapa wilayah negara itu mulai menunjukkan risiko.

Suga telah meminta agar seluruh warga melakukan tindakan pencegahan maksimal, seperti memakai masker sesering mungkin. Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato menekankan pemerintah tidak mempertimbangkan seruan untuk menahan diri dari perjalanan antarprefektur.

Menurut Kato, masih terdapat langkah pencegahan untuk mengurangi risiko infeksi virus corona jenis baru yang tepat saat bepergian. Shigeru Omi, kepala panel ahli dalam pertemuan majelis kesehatan, mengatakan jika virus terus menyebar maka akan sulit untuk mengendalikannya melalui upaya publik saja dan tindakan lebih kuat mungkin diperlukan.

Jumlah kasus Covid-19 serius di Jepang naik menjadi 276 pada Selasa (17/11). Jumlah ini mewakili lonjakan hampir 70 persen selama dua pekan terakhir di negara terakhir.

Data Kementerian Kesehatan Jepang yang dirilis pada 10 November menunjukkan Tokyo, Osaka, dan Okinawa sedang berada dalam tahap ketiga pada skala keparahan wabah. Setidaknya 25 persen tempat tidur rumah sakit yang ditujukan untuk pasien COVID-19 saat ini digunakan.

Sementara Hokkaido tetap berada di bawah ambang batas 25 persen. Ada 18 kasus parah pada Rabu (17/11), menempati hampir 15 persen tempat tidur. Hal ini terjadi karena peningkatan orang lanjut usia yang tertular virus.

Gelombang kedua berpusat di sekitar bar dan restoran dan kasus cenderung terjadi ke orang dewasa muda. Hal ini berarti bahwa banyak kasus ringan atau tanpa gejala.

Namun lonjakan ini telah memengaruhi populasi yang lebih luas. Kementerian Kesehatan Jepang telah mengidentifikasi 2.147 kelompok kasus secara nasional pada awal pekan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement