Kamis 19 Nov 2020 15:18 WIB

Obama Beri Catatan Khusus Terhadap Sosok Erdogan

Dalam memoarnya, Obama menekankan simpati Erdogan pada Ikhwanul Muslim dan Hamas.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Recep Tayyip Erdogan dan Barack Obama
Recep Tayyip Erdogan dan Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memasukan nama Presiden Turki Erdogan dalam catatan memoarnya. Dalam memoar itu, Obama menekankan simpati Erdogan pada Ikhwanul Muslim dan Hamas dalam perjuangan mereka untuk kemerdekaan Palestina yang khususnya juga membuat Washington dan Tel Aviv was-was.

Buku memoar terbaru Obama berjudul "A Promise Land" dengan 768 halaman dirilis Selasa (17/11) waktu setempat dan sedikit memicu kontroversi. Obama mengakui jejak rekam pemerintah Erdogan dalam mematuhi konstitusi Turki, mematuhi kewajiban NATO, dan memulai serangkaian reformasi untuk keanggotaan Uni Eropa.

Baca Juga

"Beberapa pengamat menyarankan bahwa Erdogan bisa menawarkan model Islam politik moderat, teokratis, dan gerakan ekstremis yang menjadi ciri wilayah tersebut," tulis Obama dalam memoarnya dilansir Daily Sabah, Kamis (19/11).

Obama menjelaskan bagaimana Erdogan menentang penunjukan perdana menteri Denmark ke posisi teratas di NATO karena agenda Islamofobia negara Denmark. "Selama KTT NATO, Erdogan telah menginstruksikan timnya untuk memblokir penunjukan Perdana Menteri Denmark Anders Rasmussen yang sangat dihormati sebagai sekretaris jenderal baru organisasi itu, bukan karena dia pikir Rasmussen tidak memenuhi syarat, tetapi karena pemerintah Rasmussen telah menolak untuk bertindak atas permintaan Turki menyensor publikasi kartun tahun 2005 yang menggambarkan Nabi Muhammad di surat kabar Denmark," katanya.

Surat kabar Denmark Jyllands-Posten menerbitkan 12 kartun Islamofobia pada 30 September 2005. Surat kabar itu sebagian besar dengan tidak hormat menggambarkan Nabi Muhammad, tokoh utama agama Islam. Ini pun langsung menerima kritik keras dari Muslim di Denmark dan di seluruh dunia.

Sementara itu, Charlie Hebdo, majalah satir Prancis yang terkenal dengan kartun kontroversialnya, juga menyerang Muslim dengan alasan kebebasan berbicara selama bertahun-tahun. Namun majalah itu pernah memecat kontributor utama karena dugaan anti-Semitisme. Hal ini menunjukkan bias editorial dan standar ganda.

Gagal menggambarkan kartun Islamofobia sebagai pemecah belah dan penuh kebencian, Obama menjelaskan bagaimana dia bisa meyakinkan Erdogan. Permohonan Eropa tentang kebebasan pers telah membuat Erdogan tidak tergerak.

"Dia mengalah hanya setelah saya berjanji bahwa Rasmussen akan memiliki wakil dari Turki dan telah meyakinkannya bahwa kunjungan saya yang akan datang dan opini publik AS tentang Turki, akan merugikan terpengaruh jika pengangkatan Rasmussen tidak berjalan," katanya.

Dalam wawancara tahun 2012, Obama menyebut Erdogan, Kanselir Jerman Angela Merkel, Manmohan Singh dari India, Lee Myung-bak dari Korea Selatan, dan David Cameron dari Inggris di antara para pemimpin yang mampu ia bina ikatan kepercayaannya. Obama telah menulis dua buku terlaris lainnya: "Dreams from My Father" dan "The Audacity of Hope."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement