Kamis 19 Nov 2020 14:07 WIB

Hilirisasi Batu Bara Masih Tahap Pengembangan

Hilirisasi batu bara terganjal kebutuhan investasi yang besar.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Bongkar muat batu bara di Marunda, Jakarta Utara. Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus mendorong rencana hilirisasi sektor batu bara.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Bongkar muat batu bara di Marunda, Jakarta Utara. Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus mendorong rencana hilirisasi sektor batu bara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus mendorong rencana hilirisasi sektor batu bara. Sayangnya, hingga kini rencana yang sudah digalakkan sejak 2014 masih tahap pengembangan.

Direktur Bina Program Mineral dan Batu bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Muhammad Wafid Agung menjelaskan, dari tujuh jenis pengembangan hilirisasi batu bara, baru dua jenis yang telah mencapai skala komersial, yakni coal upgrading dan pembuatan briket batu bara. Adapun jenis lainnya, seperti gasifikasi batu bara, underground coal gasification, dan pembuatan kokas, masih dalam tahap pengembangan.

Baca Juga

"Memang ini karena investasinya yang besar dan statusnya memang masih banyak yang dalam tahap pembangunan dan belum bisa komersial," ujar Wafid, Kamis (19/11).

Ia merinci saat ini sudah ada PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang mengajukan pengembangan gasifikasi batu bara dengan produk dimethyl ether (DME), methanol, dan MEG. Selain PTBA, ada empat perusahaan Perjanjian Karya Pertambangan Baru Bara (PKP2B) generasi pertama yang akan menjadi IUPK telah mengajukan pengembangan gasifikasi batu bara.

Selanjutnya, untuk underground coal gasification (USG) juga sudah ada empat perusahaan yang menjajaki pengembangannya, yakni PT Kideco Jaya Agung di Kalimantan Timur, PT Indominco di Kalimantan Timur, PT Medco Energi Mining International (MEMI), dan Phoenix Energy Ltd di Kalimantan Utara. Investasi pengembangan USG ini 30-40 persen lebih rendah dibandingkan gasifikasi permukaan yang butuh dana sekitar 600 juta-800 juta dolar AS.

Pengembangan pembuatan kokas juga tengah dijajaki oleh PT Megah Energi Khatulistiwa dengan produk semi cokes dan coal tar. Investasinya sekitar 200 juta-400 juta dolar AS. Sementara, pengembangan coal liquifaction dan coal slurry belum ada perusahaan yang mengajukan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement