Kamis 19 Nov 2020 13:05 WIB

Optimalisasi Panen Tebu Lewat Magic Machine Sugar Cane

Mahasiswa UMM merancang alat untuk mengoptimalkan hasil panen tebu milik petani.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Erik Purnama Putra
Mahasiswa Prodi Teknik Industri UMM, Mochammad Noor Fajar Rohmatullah penemu Magic Machine Sugar Cane.
Foto: Humas UMM
Mahasiswa Prodi Teknik Industri UMM, Mochammad Noor Fajar Rohmatullah penemu Magic Machine Sugar Cane.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Selama ini, penerapan teknologi dalam kegiatan pertanian tebu di Indonesia masih minim. Kondisi itu ternyata menjadi salah satu penghambat produktivitas hasil panen.

Fenomena itu memicu sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dari berbagai jurusan mencetuskan inovasi. Mereka merancang sebuah alat untuk mengoptimalisasi produktivitas hasil pemanenan dan tebang angkut oleh petani tebu. "Alat ini dinamai dengan Magic Machine Sugar Cane," kata mahasiswa Prodi Teknik Industri UMM, Mochammad Noor Fajar Rohmatullah di Kota Malang, Kamis (19/11).

Temuan Magic Machine Sugar Cane berhasil mendapatkan pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Selain Fajar, alat tersebut juga dirancang oleh Mohamad Miftachul Fadhil dan Retno Muji Rahayu.

Menurut Fajar, rancangan alat timnya dapat mengoptimalkan jumlah tenaga kerja untuk kegiatan pertanian yang lain. Implementasi Magic Mechine Sugar Cane hanya membutuhkan tiga orang pekerja guna memudahkan proses panen tebu. Kegiatan tenaga kerja yang dibutuhkan antara lain satu orang operator mesin dan dua orang pengendali lahan.

Selama ini, kata dia,  mobilisasi pada proses tebang angkut dilakukan dengan memuat hasil tebu. Kemudian tebu yang sudah dipotong ini dimasukkan ke dalam truk untuk dibawa ke pabrik. Truk yang digunakan memiliki kapasitas enam sampai delapan atau 10 hingga 12 ton.

Tebu yang digiling di pabrik biasanya hanya menghasilkan sedikit gula. "Jika satu Kw (kuintal) tebu mempunyai rendemen 10 persen, maka hanya 10 kilogram (kg) gula yang didapat dari satu Kw tebu tersebut," ucap Fajar.

Berdasarkan data tersebut, Fajar dan tim mencari pemecahan masalah dalam konsep pengoptimalan pengiriman hasil panen ke pabrik yang dihasilkan Magic Machine Sugar Cane. Caranya, dengan mengirimkan hasil panen tebu dalam bentuk cair atau nira. Hal ini perlu dilakukan guna mengoptimalkan volume pengiriman.

Adapun mekanisme kerjanya, yakni proses pemotongan daun tebu yang dilakukan pada bagian alat yang menjorok ke depan. Cara itu bertujuan untuk memisahkan antarbatang tebu dengan daunnya.

Kedua, proses pemotongan batang tebu pada bagian bawah. Proses tersebut berfungsi untuk memisahkan akar dengan batang dalam proses pemanenan tebu. Selanjutnya, proses penggilingan oleh dua komponen dengan tujuan proses nira yang dihasilkan dapat maksimal.

Ampas tebu yang sudah selesai dari proses pemerahan akan keluar melalui cerobong dengan dibantu conveyor. Sementara untuk nira yang sudah terpisah dengan ampas, kata dia, akan melalui tahap penyaringan. Langkah tersebut ditunjukkan guna memisahkan bagian ampas tebu yang masih ikut ke dalam nira.

"Setelah melalui tahap penyaringan nira akan disimpan pada tabung khusus dengan suhu 10 derajat agar kualitas nira tetap terjamin,” ucap Fajar.

Magic Mechine Sugar Cane dirancang dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 3 meter.  Mesin yang dibuat dapat memudahkan operator untuk menyalakan mesin. Bahkan, bisa menyesuiakan dengan kondisi lahan tebu yang tersedia.

Rangkaian Magic Mechine Sugar Cane memiliki tenaga motor penggerak utama berbentuk diesel. "Diesel dapat menggerakan beberapa komponen mesin, antara lain cane carier, cane cuter dan roll gillingan," kata Fajar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement