Kamis 19 Nov 2020 12:16 WIB

BPBD Sumbar: Gempa Dua Hari Terakhir tak Besar

Gempa dengan magnitudo di bawah 5 SR memang kerap terjadi di Sumbar.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Gempa bumi (ilustrasi)
Foto: www.mediastory.net
Gempa bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kabid BPBD) Sumbar, Rumainur mengatakan gempa bumi dengan kekuatan 6,3 skala righter (SR) pada Selasa (17/11) dan 5,3 SR pada Rabu (18/11) di Sumbar tidak tergolong gempa besar. Berdasarkan catatan BPBD Sumbar, gempa dua hari belakangan tidak mengakibatkan kerusakan dan jatuhnya korban.

"Gempa kemarin tidak tergolong besar. Tidak merusak karena waktunya singkat," kata Rumainur kepada Republika.co.id, Kamis (19/11).

Baca Juga

Rumainur menyebut gempa dengan magnitudo di bawah 5 SR memang kerap terjadi di Sumbar. Namun kali ini dua gempa terakhir di Sumbar menjadi perhatian karena sedang menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke XXVIII 2020.

Rumainur meminta peserta MTQ dari luar Sumbar agar tidak usah panik. Yang penting menurut dia, harus tetap waspada dan mengikuti arahan panitia bila gempa terjadi kembali.

Gempa dua hari kemarin dengan kekuatan 6,3 SR dan 5,3 SR bersumber dari Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kabupaten Pesisir Selatan. Karena terjadi begitu singkat, tidak semua orang menyadari adanya gempa. Terlebih bagi orang yang sedang bergerak.

Rumainur menjelaskan memang para ahli kerap memprediksi Sumbar akan terjadi gempa besar. Namun bencana gempa bumi ini sampai sekarang masih menjadi rahasia Allah SWT. Meski para ahli sudah membuat prediksi dengan peralatan yang canggih, tetap tidak ada yang dapat mengetahui kapan waktu dan besaran gempa akan terjadi.

"Peluang gempa memang ada, tapi kapan waktunya tidak ada yang tahu. Sehingga kita perlu mengedukasi masyarakat untuk waspada dan tahu SOP yang harus dilakukan demi keselamatan," ucap Rumainur.

BPBD Sumbar mengingatkan lagi terutama untuk tamu MTQ, bila terjadi lagi gempa bumi, agar tidak panik, menghindari bangunan dan kaca dan mencari titik aman di luar ruangan.

"Tidak usah panik. Kalau panik, jadinya tidak tahu apa yang harus diperbuat," kata Rumainur menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement