Kamis 19 Nov 2020 06:03 WIB

Titik Terendah Die Mannschaft

Kelanjutan kiprah Joachim Loew di kursi pelatih timnas Jerman dipertanyakan.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Jerman Joachim Loew.
Foto: EPA-EFE/Julio Munoz
Pelatih Jerman Joachim Loew.

REPUBLIKA.CO.ID, SEVILLE -- Sesaat setelah Inggris disingkirkan Jerman di babak semifinal Piala Dunia 1990, striker Inggris, Gary Lineker, melontarkan komentar yang begitu terkenal terkait kekuatan timnas Jerman. Menurutnya, sepak bola sebenarnya olahraga sederhana, 22 pemain mengejar bola selama 90 menit, tapi pada akhirnya Jerman yang selalu menang.

Kutipan Lineker ini kerap digunakan untuk menggambarkan kekuatan Die Mannschaft di pentas sepak bola internasional. Pernyataan mantan penyerang Barcelona itu seolah kembali bergema saat Jerman mencukur tuan rumah, Brasil, 7-1, di semifinal Piala Dunia 2014. Di ujung turnamen, Die Mannschaft akhirnya keluar sebagai yang terbaik.

Namun, kutipan Lineker itu tidak berlaku di Stadion La Cartuja, Sevilla, Spanyol, Rabu (18/11) dini hari WIB. Dalam laga pamungkas penyisihan Grup A4 UEFA Nations League tersebut, Jerman tidak berkutik di hadapan tuan rumah. Tak tanggung-tanggung, Die Mannschaft kebobolan enam gol dan tidak mampu mencetak satu gol pun. Akhirnya, sepak bola selalu menemukan cara untuk menyajikan kejutan.

Di laga ini, Jerman menjadi pesakitan. Apa yang dirasakan Brasil di partai semifinal Piala Dunia 2014, kini dirasakan Die Mannschaft. Di laga tersebut, Jerman menyerah lewat torehan hattrick Ferran Torres dan tiga gol, yang masing-masing dicetak Alvaro Morata, Rodri, dan Mikel Oryazabal. Ini menjadi titik terendah Die Mannschaft di sepanjang kiprahnya di pentas sepak bola internasional.

Berbagai rekor dan catatan buruk pun mengiringi kepergian tim besutan Joachim Loew itu dari laga tersebut. Ini menjadi kekalahan terbesar Jerman di laga kompetitif, yang berada di bawah kendali FIFA. Satu-satunya kekalahan terburuk Jerman di laga kompetitif di bawah naungan FIFA adalah saat menyerah 3-8 dari Hungaria di fase grup Piala Dunia 1954.

Bahkan, jika dirunut lebih jauh, terakhir kali Jerman atau Jerman Barat menelan kekalahan 0-6 adalah saat dibekap Austria di laga persahabatan pada 1931. Dengan berbagai rekor buruk tersebut, maka tidak berlebihan apabila menyebut Die Mannschaft berada di titik terendah sejak 89 tahun silam.

Kekalahan Jerman dari Spanyol ini pun mematahkan berbagai prediksi. Pasalnya, di laga ini, Jerman hanya membutuhkan hasil imbang untuk bisa lolos ke babak empat besar UEFA Nations League. Keberhasilan Jerman mengambil alih posisi puncak klasemen sementara Grup A4 dengan mengalahkan Ukraina, 3-1, di laga kelima, ditambah hasil imbang yang dipetik Spanyol di laga lainnya, membuat Jerman diprediksi bisa melaju mulus ke fase semifinal.

''Saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan tim ini. Kami tidak memiliki peluang dan tidak pernah menang dalam duel satu lawan satu. Tak satu pun aspek positif dari penampilan kami. benar-benar hari yang buruk,'' ujar pelatih Jerman Joachim Loew seperti dilansir laman resmi UEFA, Rabu (18/11).

Kekalahan ini tentu memberikan dampak buat Die Mannschaft. Salah satu yang paling disorot adalah kelanjutan kiprah Joachim Loew di kursi pelatih. Usai membawa Jerman meraih gelar juara Piala Dunia 2014, Loew dinilai mulai kehilangan sentuhannya. Sinyal penurunan performa tim Panser sebenarnya sudah mulai terendus saat Jerman tampil buruk di putaran final Piala Dunia 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement