Kamis 19 Nov 2020 01:00 WIB

Klaim sebagai Konspirasi, Film Covid di Prancis Tuai Kritik

Film Hold Up mempromosikan teori konspirasi tentang pandemi Covid-19

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah orang mengantri untuk mengikuti uji untuk COVID-19 di pusat pengujian seluler di Strasbourg, Prancis
Foto: Foto AP / Jean-Francois Badias
Sejumlah orang mengantri untuk mengikuti uji untuk COVID-19 di pusat pengujian seluler di Strasbourg, Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah film baru di Prancis menjadi kontroversial setelah menuai banyak kritikan lantaran menampilkan dan mempromosikan teori konspirasi tentang pandemi Covid-19. Sejumlah politisi Prancis dan organisasi non-pemerintah mengecam film berjudul Hold Up, yang mengklaim mengungkapkan kesalahan yang dibuat oleh para otoritas publik tertinggi.

Film tersebut dikatakan secara keliru menyimpulkan bahwa sebuah alur konspirasi global telah dibentuk oleh para elit dunia terhadap warga dunia melalui pandemi. Sebagian besar dari klaim-klaim yang ditampilkan dalam film tersebut telah banyak dibantah oleh para pemeriksa fakta.

Dalam satu contoh, film tersebut menunjukkan bahwa Prancis tidak menerapkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan WHO tidak mengatakan bahwa setiap orang harus memakai masker.

Padahal sebelumnya, anjuran kesehatan terbaru WHO, yang diperbarui pada 20 Oktober 2020, mengimbau warga untuk menjadikan pemakaian masker sebagai hal yang biasa saat berada di sekitar orang lain. Pada Juni lalu, WHO juga menyarankan pemerintah untuk mendorong pemakaian masker oleh masyarakat umum dalam situasi dan tempat tertentu, sebagai bagian dari pendekatan komprehensif untuk memerangi penularan virus corona.

Wakil presiden partai La Republique En Marche! (LREM), Coralie Dubost, memimpin kecaman terhadap film tersebut dan merupakan kontributor. LREM adalah partai Emmanuel Macron.

"Film Hold Up' bukanlah sebuah dokumenter, bukan pula jurnalisme, itu adalah propaganda konspirasi anggaran blockbuster (film yang sukses dan populer secara finansial)," demikian unggahan Dubost melalui Twitter, dilansir di Euronews, Rabu (18/11).

Politisi lainnya, Laetitia Avia, juga menggambarkan proyek tersebut sebagai sesuatu yang 'luar biasa' dan 'berita palsu tentang berita palsu'.

"Kami bisa menertawakannya jika situasinya tidak begitu serius," demikian unggahan Avia melalui Twitter pada Kamis.

Politisi dan selebriti lain di Prancis telah mempromosikan film tersebut, dan mengkritik pemerintah atas kebijakan terkait kesehatannya selama pandemi. Film Hold Up diluncurkan pada Agustus 2020 melalui kampanye penggalangan dana di Ulule, yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih dari 180.000 Euro untuk produksi film tersebut.

Proyek tersebut diselesaikan pada November 2020 dan mengumpulkan para skeptis dan ahli teori untuk menyerang tindakan yang diambil oleh Prancis sebagai tanggapan terhadap krisis kesehatan virus corona.

Film dokumenter berdurasi hampir tiga jam ini disutradarai oleh mantan jurnalis Pierre Barnerias, dan diproduksi oleh Christophe Cosse, yang menggambarkan Covid-19 sebagai penyakit yang tidak lebih buruk dari flu musiman lainnya.

Film Hold Up juga menampilkan kesaksian dari sejumlah tokoh terkenal dan mantan menteri pemerintah, termasuk mantan Menteri Kesehatan Philippe Douste-Blazy, yang sejak itu menjauhkan diri dari proyek tersebut.

"Saya belum melihat film ini dan jika ada konspirasi sekecil apapun, saya ingin mengatakan sejelas mungkin bahwa saya memisahkan diri saya darinya," kata Douste-Blazy di Twitter.

"Krisis kesehatan yang kita alami cukup serius ini agar tidak menambah kebingungan pada saat-saat menyakitkan yang kita alami," lanjutnya.

Salah satu pendiri situs pendanaan Ulule juga mengatakan film itu telah ditarik dari iklan apapun di platform tersebut. Film Hold Up juga telah dihapus oleh platform berbagi video lainnya, seperti Vimeo dan Dailymotion, sementara tautan ke film tersebut juga telah diblokir di Facebook.

Versi lengkap dari film dokumenter ini yang masih online telah ditonton lebih dari 150.000 kali, sementara cuplikan untuk Hold Up juga masih terlihat di Facebook, Twitter, dan YouTube.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement