Rabu 18 Nov 2020 17:24 WIB

Putin Beri Dukungan ke Turki Terkait Perang di Karabakh

Putin akui Rusia dan Turki kerap berbeda, tapi selalu menemui titik kompromi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Perang di Nagorno Karabakh
Foto: The Moscow Times
Perang di Nagorno Karabakh

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, membela dukungan yang diberikan Turki terhadap Azerbaijan dalam konflik Nagorno-Karabakh, Selasa (17/11). Dia menyatakan, Ankara tidak melanggar hukum internasional dengan langkah tersebut.

"Tindakan Turki dalam masalah Karabakh dapat dikualifikasikan dengan cara apa pun, tetapi [Turki] tidak dapat dituduh melanggar hukum internasional apa pun," kata Putin.

Baca Juga

Putin menyatakan, Baku mengklaim kembali wilayahnya sendiri dan berhak memilih penasihat mana pun, termasuk Turki. Bahkan, dia menyatakan, Turki adalah anggota Minsk Group di pemukiman Nagorno-Karabakh sejak awal, tetapi tidak pernah diberikan status ketua bersama.

Pemimpin Rusia ini mengakui bahwa Moskow dan Ankara seringkali memiliki posisi yang berbeda dalam beberapa hal. Namun, kedua negara dinilai mampu mencapai kompromi melalui jalur diplomatik.

Dikutip dari hurriyetdailynews, Putin mengacu pada banyak negara, termasuk di Eropa, bertempur berkali-kali di masa lalu, seperti Prancis dan Jerman. Namun tidak menghalangi mereka bekerja sama saat ini. Kondisi serupa pun berlaku untuk Rusia dan Turki.

Meski menyanjung Turki, Putin pun tidak lupa memuji Amerika Serikat dan Prancis atas peran dalam penyelesaian Nagorno-Karabakh. Dia mengatakan ketua bersama Minsk Group tidak punya alasan untuk tersinggung karena tidak terlibat dalam kesepakatan akhir.

Putin mengatakan, kedua negara tersebut tidak dapat dimasukkan dalam pembicaraan karena jatuhnya Karabakh hanya dalam hitungan jam dan menuntut langkah-langkah segera. Kondisi ini membuat tidak ada waktu untuk konsultasi tambahan dalam kerangka Minsk Group.

Mengomentari kerusuhan baru-baru ini di Yerevan dan kemungkinan pergeseran kekuasaan, Putin mengatakan situasi saat ini menuntut Armenia untuk melakukan konsolidasi dan merapikan diri. Dia pun menyatakan, langkah bunuh diri jika Yerevan memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian Karabakh yang ditandatangani pada 10 November.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement