Rabu 18 Nov 2020 11:57 WIB

Di Bandung, Deteksi Dini DBD Bisa dengan Rapid Test

Puskesmas di Bandung sudah bisa melakukan deteksi dini demam berdarah.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti di salah satu kompleks perumahan di Kelurahan Lepolepo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (6/10/2020). Pengasapan itu untuk mencegah meluasnya wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) serta memutus siklus hidup nyamuk aedes aegepty.
Foto: Antara/Jojon
Petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti di salah satu kompleks perumahan di Kelurahan Lepolepo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (6/10/2020). Pengasapan itu untuk mencegah meluasnya wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) serta memutus siklus hidup nyamuk aedes aegepty.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengungkapkan deteksi dini penyakit demam berdarah dengue (DBD) dapat dilakukan dengan cara rapid tes atau tes cepat di puskesmas-puskesmas di Kota Bandung. Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalisasi kondisi pasien yang tidak dapat tertolong akibat DBD.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rosye Arosdiana mengungkapkan korban meninggal yang disebabkan penyakit DBD di Kota Bandung selalu ada. Padahal, menurutnya fasilitas kesehatan di Kota Bandung banyak tersedia.

Baca Juga

"Kita melihat bahwa kasus kematian ada, bahwa di Kota Bandung fasilitas (kesehatan) banyak, kenapa meninggal? Mungkin upaya sedini mungkin mengenal penyakit ini," ujarnya belum lama ini.

Ia mengatakan, puskesmas-puskesmas di Bandung saat ini sudah dapat melakukan pemeriksaan cepat atau rapid tes penyakit demam berdarah. Menurutnya, langkah tersebut dilakukan agar deteksi dini terhadap penyakit tersebut segera diketahui.

"Jadi hari kesatu, kedua tidak menunggu hari ketiga (mengecek), di awal sudah bisa mendeteksi. Dokter sudah bisa curiga, itu untuk sedini mungkin bisa diantisipasi," ujarnya.

Ia mengatakan kasus penyakit DBD di Kota Bandung hingga September lalu mencapai 2.557 kasus dengan 12 kasus kematian. Menurutnya, 12 kasus kematian terjadi akibat kondisi pasien sudah parah saat dibawa ke rumah sakit.

"Ada 12 orang saat ini yang meninggal akibat dari keterlambatan datang ke puskesmas,  dalam kondisi drop dan pasang infus," ungkapnya.

Rosye menambahkan, nyamuk demam berdarah banyak berkembang biak di tempat-tempat munculnya genangan air. Bahkan, menurut penelitian Fakultas Kedokteran Unpad diketahui nyamuk tumbuh dan hidup di talang air.

Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Selain itu, pihaknya mendorong tiap rumah untuk dapat membersihkan tempat-tempat yang berpotensi terjadi kembang biak nyamuk demam berdarah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement