Rabu 18 Nov 2020 09:58 WIB

Pandemi Covid-19, Tren Kunjungan Wisatawan ke DIY Berubah

Dispar DIY telah memberikan izin uji coba terbatas beroperasi 93 destinasi wisata.

Andong membawa wisatawan saat ujicoba rekayasa lalu-lintas dalam rangka penataan jalur pedestrian Malioboro, Yogyakarta, Selasa (3/11).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Andong membawa wisatawan saat ujicoba rekayasa lalu-lintas dalam rangka penataan jalur pedestrian Malioboro, Yogyakarta, Selasa (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat tren kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berubah. Dinas Pariwisata (Dispar) DIY mencatat pada era kenormalan baru (New Normal) ini, wisatawan lebih banyak mengunjungi destinasi wisata alam.

"Para wisatawan cenderung mengunjungi daerah yang terbuka, yang panas, dan (bernuansa) alam. Serta cenderung (berwisata) secara tidak bergerombol," kata Kepala Bidang Pemasaran Dispar DIY, Marlina Handayani, saat webinar bertajuk 'Sinergi Menumbuhkan Sektor Pariwisata Pasca-Pandemi', Selasa (17/11).

Marlina memaparkan, selama New Normal kunjungan wisatawan ke Yogyakarta tertinggi adalah pada bulan Agustus 2020, yakni mencapai  40 ribu. Sedangkan rata-rata kunjungan wisatawan adalah pada akhir pekan yang berkisar 30 ribu hingga 36 ribu pengunjung. 

Marlina menjelaskan, mayoritas wisatawan yang berkunjung ke DIY selama masa New Normal berasal dari Jawa Tengah. Rata rata pengunjung adalah usia 18 tahun, 25 tahun, dan 35 tahun.

"Itu adalah rata rata pengunjung ke Yogya pada bulan november. Jadi yang kami promosikan bukan ayo datang ke Yogya, tetapi #diJogjaaja, agar masyarakat Yogya berwisata di Yogya saja, tidak kemana-mana," ujarnya.

Marlina juga mengungkapkan, dari sebanyak 139 destinasi wisata yang ada di DIY, Dispar telah memberikan izin uji coba terbatas beroperasi pada 93 destinasi wisata.

Peluang desa wisata

Melihat tren tersebut, tutur Marlina, desa wisata memiliki peluang untuk diberi izin uji coba terbatas, namun dengan syarat bisa memberi garansi untuk melaksanakan protokol kesehatan secara ketat yakni menerapkan 4 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan).

Menurutnya, Dispar DIY dimasa Pandemi juga tetap melakukan upaya memberdayakan desa-desa wisata dengan menyiapkan terlebih dahulu kondisi dari area desa wisata dan masyarakatnya agar bisa menerapkan protokol kesehatan dengan menerapkan 4 M.

"Pada setiap beberapa meter harus ada tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun. Jika ada tamu maka pintu masuk Home Stay harus ada Thermo Gun untuk mengukur suhu, ada warning untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti lokasi wajib pakai masker, dan lain-lain," katanya.

Anggota Satgas Covid-19 RSA UGM, dr Siswanto mengatakan untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata wajib menerapkan 3M yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dengan pengunjung lain, serta mencuci tangan dengan sabun. Ia menuturkan, masker yang baik adalah masker yang bisa terbuat dari kain minimal dua lapis. Sedangkan jarak dengan pengunjung minimal dua meter.

 

Menurut Siswanto, di tempat wisata hal yang paling berbahaya adalah ketika bertemu dengan orang tanpa gejala (OTG). Sebab OTG ini tampak sehat dan bisa berwisata. "OTG dapat menularkan kepada pengunjung destinasi wisata. Jika orang yang tertular daya tahan tubuhnya lemah maka bisa tertular dan butuh perawatan," kata Siswanto.

Kesadaran berasuransi meningkat

Sementara itu, Head of Corporate Communication & Event Management AXA Mandiri, Luile Retno Sawitri, mengungkapkan dengan meluasnya angka penyebaran Covid-19, kesadaran berasuransi jiwa mengalami peningkatan. 

"Berdasarkan data tahun 2019, klaim asuransi AXA Mandiri lebih dari 1 juta nasabah. Sedang khusus untuk Yogyakarta mencapai 27.000-an baik asuransi konvensional dan syariah," kata Retno.

Namun, Retno mengingatkan nasabah yang baru mendaftarkan tidak bisa langsung bisa menikmati manfaat asuransi kesehatan. Sebab asuransi kesehatan merupakan perencanaan keuangan dalam jangka panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement