Rabu 18 Nov 2020 07:48 WIB

WJIS Mampu Dongkrang Investasi Jabar Rp 380 Triliun

Jabar comparable dengan Thailand dan Filipina, inilah yang dilihat oleh investor

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membuka West Java Investment Summit (WIJS) 2020 dari Hotel Savoy Homann Kota Bandung, Senin (16/11/20).
Foto: dok pipin/Humas Jabar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membuka West Java Investment Summit (WIJS) 2020 dari Hotel Savoy Homann Kota Bandung, Senin (16/11/20).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto mengatakan West Java Investment Summit (WJIS) 2020 dapat mendongkrak nilai investasi Jabar sepanjang tahun ini menjadi Rp380 triliun, yang sekitar Rp256 triliun di antaranya datang dari WJIS.

Meski sebagian besar masih dalam status dana yang disiapkan, tapi sudah ada Rp4,1 triliun yang sudah menjadi transaksi. “Ini di luar dugaan. Meskipun ada Covid-19 tapi melalui WJIS ada komitmen- komitmen baru. Yang sudah masuk Rp 4,1 triliun, kami hitung dua hari ini bisa sampai Rp5 triliun hingga Rp5,5 triliun. Sisanya ready to offer,” kata Herawanto saat sesi jumpa pers hari kedua WJIS2020 di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Selasa (17/11).

Meski dilakukan secara daring karena pandemi Covid-19, West Java Investment Summit (WJIS) 2020 mencatatkan komitmen dan transaksi yang cukup fenomenal.

WJIS 2020 merupakan penyelenggaraan kedua yang dilakukan Bank Indonesia bersama Pemda Provinsi Jawa Barat. WJIS 2020 dilakukan dua hari 16-17 November 2020 yang bertujuan mendongkrak investasi di Jabar.

Herawanto menjelaskan saat pendemi Covid-19 ada empat yang perlu dilakukan agar ekonomi tetap hidup, yakni mindset positif atau optimisme, keseimbangan pendekatan kesehatan dan ekonomi, menjaga suplai, dan menjaga demand (permintaan).

WJIS, kata dia, ada pada dimensi suplai di mana dimungkinan untuk mempertemukan barang dan jasa dengan orang. “Kalau tiga hal ini tidak ada maka tidak akan ada transaksi. Kalau tidak ada transaksi ekonomi tidak jalan. Tapi tentunya ekonomi harus dijalankan dengan protokol kesehatan agar tidak setback,” kata Herawanto.

Dia menambahkan BI Jabar selain berfungsi sebagai bank sentral yang ditempatkan di Jabar, juga memiliki peran memberikan rekomendasi bagi pertumbuhan ekonomi provinsi. “Forum WJIS ini menjadi penting untuk mengangkat turisme dan infrastruktur,” katanya.

Pihaknya mendorong di Pemda Provinsi Jabar karena provinsi ini paling kompetitif di Indonesia. Indeks daya saing ekonomi Jabar lima tahun terakhir angkanya 4,6 dengan saingan terdekat Yogyakarta di angka 4,8 dan Jawa Tengah di angka 5. Dengan fakta ini berarti Jabar sejajar dengan Thailand dan Filipina. “Jabar comparable dengan kedua negara ini, inilah yang dilihat oleh investor,” kata Herawanto.

Dia berpesan agar Pemda Provinsi Jabar dapat memaksimalkan event WJIS dengan menjaga investor tetap menanamkan modalnya di Jabar. Menurutnya, hal penting yang harus dijaga adalah investasi dan komitmen. Realisasi akan sangat bergantung dari kesiapan tempat investasi. “Kalau hanya berhenti di komitmen akan sangat sayang. Caranya melalui regulasi yang mendukung, media juga berperan,” katanya.

Satu hal lagi, kata Herawanto, yang perlu ditingkatkan Pemda Provinsi Jabar adalah koordinasi dengan kabupaten/kota. Dia tidak menilai koordinasi yang dilakukan saat ini keluar jalur, tapi masih ada pemandangan di satu sisi provinsi sangat baik pada saat bersamaan kabupaten/kota belum setiap provinsi. “Agar lebih in-line,” katanya.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement