Selasa 17 Nov 2020 14:16 WIB

Turki Minta Turunkan Pasukan Perdamaian di Azerbaijan

Turki ajukan pasukan perdamaian pantau perjanjian gencatan senjata Azerbaijan-Armenia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Foto ini dibuat dari rekaman yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Selasa, 10 November 2020 menunjukkan pasukan penjaga perdamaian Rusia sedang naik pesawat militer di tempat yang tidak diketahui di Rusia. Puluhan pasukan penjaga perdamaian Rusia sedang menuju ke Nagorno-Karabakh pada Selasa pagi, beberapa jam setelah Armenia dan Azerbaijan setuju untuk menghentikan pertempuran di wilayah separatis dalam sebuah pakta yang ditandatangani dengan Moskow yang membayangkan pengerahan hampir 2.000 penjaga perdamaian Rusia dan konsesi teritorial.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Foto ini dibuat dari rekaman yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Selasa, 10 November 2020 menunjukkan pasukan penjaga perdamaian Rusia sedang naik pesawat militer di tempat yang tidak diketahui di Rusia. Puluhan pasukan penjaga perdamaian Rusia sedang menuju ke Nagorno-Karabakh pada Selasa pagi, beberapa jam setelah Armenia dan Azerbaijan setuju untuk menghentikan pertempuran di wilayah separatis dalam sebuah pakta yang ditandatangani dengan Moskow yang membayangkan pengerahan hampir 2.000 penjaga perdamaian Rusia dan konsesi teritorial.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengajukan mosi ke parlemen pada Senin (16/11) untuk meminta persetujuannya mengerahkan pasukan penjaga perdamaian. Langkah ini guna memantau perjanjian gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia.

Turki yang mendukung Azerbaijan dalam konflik itu telah terlibat dalam pembicaraan dengan Rusia untuk perannya dalam memantau gencatan senjata. Menteri Pertahanan Rusia dan Turki menandatangani nota untuk membuat pusat pemantauan bersama di Azerbaijan pada Rabu (11/11).

Baca Juga

Rancangan peraturan yang diajukan ke parlemen ini meminta mandat satu tahun untuk mengirim penjaga perdamaian Turki. Nantinya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan menentukan jumlah pasukan yang akan dikirim.

Mosi tersebut diperkirakan akan diperdebatkan dalam beberapa hari mendatang. Pembahasan hangat akan terjadi karena personel sipil juga dapat dikerahkan sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian.

"Telah dinilai bahwa untuk personel Angkatan Bersenjata Turki ... untuk mengambil bagian dalam Pusat Bersama yang akan dibentuk bersama oleh Turki dan Rusia, akan bermanfaat bagi perdamaian dan kesejahteraan rakyat di kawasan itu dan diperlukan dari sudut pandang kepentingan nasional kami," ujar laporan Anadolu Agency.

Para pejabat Moskow mengatakan keterlibatan Ankara akan terbatas pada pekerjaan pusat pemantauan di tanah Azerbaijan. Penjaga perdamaian Turki tidak akan pergi ke wilayah Nagorno-Karabakh.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pasukan Turki akan beroperasi dari jarak jauh, menggunakan drone, dan alat teknis lainnya untuk memantau kemungkinan pelanggaran. Sedangkan Moskow yang mengirim sekitar 2.000 tentara penjaga perdamaian yang akan menangani wilayah bekas konflik itu selama lima tahun.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement