Senin 16 Nov 2020 21:45 WIB

Saingi China, Jepang-Australia Perkuat Kerja Sama Pertahanan

Jepang dan Australia perkuat kerja sama karena khawatir atas pengaruh China

Red: Nur Aini
Bendera Jepang
Foto: techgenie.com
Bendera Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan mitranya dari Australia, Scott Morrison, kemungkinan akan menyetujui pakta pertahanan bersejarah yang akan menyelaraskan dua sekutu utama Amerika Serikat di Asia itu sebagai lawan dari pengaruh China yang tumbuh di kawasan.

Morrison tiba di Jepang pada Selasa (17/11) di mana para ahli keamanan mengharapkan dia untuk menyelesaikan Perjanjian Akses Timbal Balik (RAA) dengan Suga guna menetapkan kerangka hukum untuk saling kunjung pasukan, serta untuk latihan dan operasi militer bersama.

Baca Juga

"Akan ada sesuatu untuk diumumkan dari pertemuan itu," kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang pada jumpa pers, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Perjanjian yang membutuhkan waktu enam tahun untuk dinegosiasikan dan perlu diratifikasi oleh anggota parlemen, akan menjadi perjanjian pertama bagi Jepang sejak menandatangani perjanjian status pasukan pada 1960. Hal itu memungkinkan AS untuk menempatkan kapal perang, jet tempur, dan ribuan pasukan di dalam dan sekitar Jepang sebagai bagian dari aliansi militer yang digambarkan oleh Washington sebagai landasan keamanan regional.

Dalam panggilan telepon dengan Suga pekan lalu, presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk mempertahankan kemitraan yang erat itu. Tokyo dan Canberra berupaya memperkuat hubungan karena mereka khawatir tentang aktivitas China di wilayah tersebut, termasuk militerisasi di Laut China Selatan, manuver di sekitar pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur, dan pengaruh Beijing yang semakin besar atas negara-negara pulau Pasifik di timur jauh.

"Sangat membantu bagi negara lain untuk mengambil peran lebih aktif dalam kegiatan dan operasi militer di kawasan itu, paling tidak karena Amerika terlalu kewalahan," kata Grant Newsham, seorang peneliti dari Japan Forum for Strategic Studies.

Untuk melawan China, Suga mengunjungi Vietnam dan Indonesia bulan lalu untuk meningkatkan hubungan dengan sekutu utama Asia Tenggara. Kunjungan itu dilakukan menyusul pertemuan para menteri luar negeri di Tokyo dari Quad, sebuah kelompok informal beranggotakan Jepang, Australia, AS, dan India. China, yang bersikeras bahwa niatnya di kawasan Asia-Pasifik adalah damai, menggambarkan Quad, sebagai "mini-NATO" yang bertujuan untuk menahannya.

Sementara Jepang melihat India lebih ragu-ragu untuk memperdalam hubungan, Jepang telah mendorong kerja sama pertahanan yang lebih besar dengan Australia sejak pernyataan bersama 2007 tentang kerja sama. Pada 2013, Jepang dan Australia juga setuju untuk berbagi pasokan militer, yang diperluas pada 2017 untuk memasukkan amunisi dalam kesepakatan tersebut.

Meskipun Jepang melepaskan hak untuk berperang setelah Perang Dunia Kedua, Pasukan Bela Diri adalah salah satu militer terbesar dan paling modern di Asia, dengan pesawat tempur siluman, pengangkut helikopter, kapal selam, dan baru-baru ini membentuk unit amfibi yang dibantu oleh Korps Marinir AS. Australia juga merupakan kekuatan militer regional yang signifikan, dengan kekuatan amfibi yang dibawa oleh kapal induk yang dapat dikirim ke misi luar negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement