Senin 16 Nov 2020 16:04 WIB

2026 Indonesia Bebas Impor BBM?

Saat ini permintaan BBM dalam negeri jauh lebih besar dari produksi kilang nasional.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu aktivitas pengisian BBM di salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).
Foto: dok. Pertamina MOR IV
Salah satu aktivitas pengisian BBM di salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM memastikan pada 2026 mendatang Indonesia akan terbebas dari ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM). Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan hal ini karena produksi BBM pada 2026 mendatang akan memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri.

Ia mengatakan, pada tahun ini, permintaan BBM dalam negeri memang jauh lebih besar dari produksi dari kilang nasional. Sehingga, impor BBM dibutuhankan untuk menutup kebutuhan domestik.

Baca Juga

Ke depannya, pihaknya akan mendorong agar produksi BBM nasional terus meningkat. “Sehingga di 2026, dapat sama antara demand dan produksi BBM. Jadi akan secara konsisten kurangi impor BBM,” kata dia dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (16/11).

Mengacu data Kementerian ESDM, impor BBM dari 2020 hingga 2025 diproyeksikan terus turun. Impor BBM bakal naik dari posisi tahun ini 16,76 juta kiloliter (KL) menjadi 18,43 juta KL pada tahun depan. 

Namun, impor BBM kembali turun menjadi 16,65 juta KL pada 2022 dan terpangkas menjadi 9,34 juta KL pada 2023. Akan tetapi mpor BBM kembali meningkat menjadi 10,45 juta KL pada 2024 dan mencapai 12,67 juta KL pada 2025.

Proyeksi impor tersebut dengan asumsi konsumsi BBM naik sebesar 3,16 persen per tahunnya. Kebutuhan BBM nasional diperkirakan akan naik dari sebesar 69,72 juta KL pada tahun ini, di kisaran 72-77 juta KL pada 2021-2022, tembus di level 80-87 juta KL pada 2024-2027, dan mencapai 90-96 juta KL pada 2028-2030.

Fluktuasi perkiraan impor tersebut dipengaruhi oleh produksi BBM nasional dan pemanfaatan BBN. Di 2021-2023, produksi BBM domestik masih di kisaran 44-47 juta KL. Produksi BBM baru mulai meningkat di 2023, yakni menjadi 57,46 juta KL, dan bertahan pada level yang sama sampai 2025. Selanjutnya, mulai 2026, produksi BBM melejit menjadi 84,27 juta KL hingga 2030.

Menurut Tutuka, tambahan produksi BBM ini berasal dari rampungnya proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas (upgrading) Kilang Balongan pada 2022 dan Kilang Balikpapan pada 2023. Di 2026, tambahan kapasitas produksi BBM berasal dari Proyek Upgrading Kilang Cilacap dan Proyek Kilang Baru Tuban.

Di sisi lain, pemanfaatan BBN nasional diproyeksikan terus meningkat dari 8,43 juta KL pada tahun ini menjadi 10,5 juta KL pada 2023, dan menembus 12,8 juta KL pada 2025. Setelahnya, pemanfaatan BBN terus naik di kisaran 13,1-13,7 juta KL pada 2027-2029 dan mencapai 16,1 juta KL pada 2030. Pemanfaatan BBN menutup selisih produksi dan kebutuhan BBM mulai dari 2026 hingga 2030.

Terkait pemanfaatan BBN, menurut Tutuka, saat ini masih berasal dari pencampuran biodiesel sebesar 30 persen. Selanjutnya, peningkatan BBM juga diperoleh dari co-processing minyak sawit menjadi solar hijau (green diesel) dan bensin hijau (green gasoline) di Kilang Dumai, Kilang Cilacap, dan Kilang Plaju mulai 2022, serta pengoperasian Kilang Hijau di Komplek Kilang Plaju mulai 2024.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement