Senin 16 Nov 2020 16:48 WIB

Eks Pasien Covid Bangun Komunitas 

Budaya kekeluargaan yang terbangun di tempat karantina mengalihkan segala rupa rasa .

Rep: Eva Rianti/ Red: Agus Yulianto
Ratusan orang eks pasien Covid-19 yang tergabung dalam forum rumah lawan covid (FRLC) menyambangi pusat acara ‘Reuni dan Senam Bersama Keluarga Besar Rumah Lawan Covid-19 Tangsel’, Ahad (15/11).
Foto: Eva Rianti/Republika
Ratusan orang eks pasien Covid-19 yang tergabung dalam forum rumah lawan covid (FRLC) menyambangi pusat acara ‘Reuni dan Senam Bersama Keluarga Besar Rumah Lawan Covid-19 Tangsel’, Ahad (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Teriakan bernada ‘Yes I’m Done’ seolah menggetarkan ruang berkumpul publik di Taman Kota 2 BSD, Tangerang Selatan, Ahad (15/11). Moto yang menggema itu bersumber dari ratusan orang eks pasien Covid-19 yang tergabung dalam forum rumah lawan covid (FRLC).

Sejak pukul 07.00 WIB, satu per satu dari mereka hadir menyambangi pusat acara ‘Reuni dan Senam Bersama Keluarga Besar Rumah Lawan Covid-19 Tangsel’ itu. Acara diawali dengan senam pagi, diiringi dengan musik yang membangkitkan semangat. Dilanjutkan dengan agenda reunian, yang turut dihadiri oleh Wali Kota Tangsel.

Rata-rata dari mereka yang hadir dalam acara tersebut, berusia paruh baya. Sementara latar belakang profesinya beragam, mulai dari polisi, TNI, tenaga kesehatan, hingga pegawai swasta. Mereka terlihat bugar, sehat, dan ceria, tentu itu menjadi pemandangan yang nampaknya kontras dengan kondisi mereka saat masa-masa dinyatakan terpapar Covid-19.

Nyatanya, pengalaman mereka menjadi pasien Covid-19 di RLC tidak semenyedihkan yang dibayangkan. Seorang eks pasien Covid-19 yang juga merupakan Koordinator FRLC Willy Amosa mengungkapkan, kondisi terpuruk yang bercampur rasa sedih dan putus asa sebenarnya dirasakan olehnya dan ratusan pasien Covid-19 lainnya. Namun, budaya kekeluargaan yang terbangun di tempat karantina itu, kata dia, mengalihkan segala rupa rasa duka yang melanda.

“Budaya yang dibangun lebih kepada kepedulian. Kami berangkat dari kasus yang berbeda-beda. Ada kasus seorang ibu harus masuk ruang isolasi bersamaan di hari suaminya meninggal. Ada seorang bapak sudah tua sekali, bebarengan istrinya dirawat di RS, tiap hari menangis. Kita saling memotivasi sehingga berhasil sehat kembali,” cerita Willy kepada Republika.

Willy menuturkan, saat melakukan isolasi di RLC, banyak hal yang dipelajari olehnya, terutama soal membangun kebersamaan dan optimisme untuk sembuh. Berangkat dari kesamaan nasib menjadi pasien Covid-19, secara perlahan mereka membangun hubungan untuk saling menguatkan. Lambat laun, RLC yang telah dibangun sejak April 2020 itu kini dikenal sebagai tempat isolasi yang menerapkan nilai-nilai kekeluargaan.

Tak heran, setelah mereka sudah ‘lulus’ dari tempat itu, tercipta komunitas eks pasien Covid-19 RLC yang saat ini terlihat gaungnya di masyarakat dalam menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan. Karena ada tradisi kekeluargaan, makanya inisiasi alumni dikumpulkan sebagai kekuatan memberikan informasi kepada masyarakat terkait Covid-19. "Kita terjun langsung ke masyarakat menyosialisasikan protokol kesehatan, juga mengadakan webinar,” ujarnya.

Ke depannya, dia berujar, FRLC akan menjadi rekan bagi pemerintah kota Tangerang Selatan dalam memasifkan kampanye penerapan protokol kesehatan. “Kita akan beriringan dengan RLC dan Dinkes sebagai mitra untuk bersosialisasi,” ujarnya.

Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany mengungkapkan, rasa bungahnya terhadap kemunculan FRLC. Dia mengapresiasi, FRLC yang dinilai akan sangat membantu pemerintah dalam melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan kepada masyarakat.

Menurutnya, sosialisasi prokes yang dilakukan oleh para alumni pasien Covid-19 itu bisa lebih ampuh diterima oleh warganya. “Terima kasih bapak ibu sehat. Terima kasih bapak ibu sembuh. Karena bagi saya beban tanggung jawab saya sebagai Wali Kota kalau ada satupun yang meninggal,” kata Airin seraya menekan nada suaranya.  

Airin mengungkapkan, hingga saat ini tingkat kematian Covid-19 di Tangsel bergerak di angka 4,6 persen. Sementara itu tingkat kesembuhan sekitar 84,5 persen. “Angka kesembuhan 84,5 persen, bahkan pernah 89 persen, tapi angka kematian 4,6 persen itu bukan suatu hal yang kecil. Tapi bagaimana kita sangat berharap tidak ada lagi orang yang meninggal karena Covid,” tuturnya.

Airin menegaskan, sembari menunggu vaksin, dia meminta kepada masyarakat untuk mau dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 karena itu merupakan kunci terhindar dari virus tersebut. Dia optimis, dengan bantuan sosialisasi dari para alumni pasien Covid-19 RLC yang berjumlah lebih dari 700 orang itu, penerapan prokes di Tangsel bisa lebih masif.

“Saya punya 700 orang yang mengingatkan masyarakat pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, pola hidup bersih dan sehat, maka ikhtiar kita bisa memutuskan mata rantai Covid-19. Tetapi sepanjang masyarakat masih merasa bahwa Covid itu biasa saja, masih tidak menganggap bahwa pakai masker adalah suatu hal yang biasa saja, mau sampai kapan?,” serunya.

Sementara Koordinator RLC Tangsel Suhara Manullang mengungkapkan, hingga saat ini tercatat ada 841 orang yang melakukan karantina mandiri di RLC Tangsel. Sebanyak 773 diantaranya telah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Angka itu tercatat sejak dioperasikannya fasilitas penanganan Covid-19 itu tersebut pada April lalu.

Dikatakan Suhara, tingkat kesembuhan yang terbilang tinggi terjadi seiring dengan adanya penanganan dan pendekatan berbasis kekeluargaan yang diterapkan. “Tingkat kesembuhan di atas rata-rata. RLC pendekatannya tidak hanya medis tetapi juga psikis. Olahraga, aktivitas sosial, juga pendampingan psikologis. Kan obatnya imunitas antibodi,” ungkapnya.

Adapun, jumlah pasien yang masuk dan keluar RLC terus bergerak fluktuatif. Saat ini diketahui, RLC merawat 50 orang. Angka itu menunjukkan tingkat okupansi di RLC sekitar 33 persen dari total kapasitas yang tersedia sebanyak 150 kamar tidur.

Suhara menambahkan, dia sangat bersyukur alumni pasien Covid-19 bisa membangun sebuah komunitas dengan tujuan yang sejalan dalam upaya menekan penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat. Dia berharap, komunitas tersebut bisa benar-benar memberi dampak yang positif terhadap terciptanya kedisiplinan protokol kesehatan di Tangsel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement