Senin 16 Nov 2020 08:41 WIB

Penelitian: Muslim Jadi Kelompok Paling Dipandang Negatif

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh agama yang dianut terutama Islam

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Umat Muslim menjalankan ibadah di salah satu masjid di London, Inggris.
Foto: EPA
Umat Muslim menjalankan ibadah di salah satu masjid di London, Inggris.

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Persepsi seseorang dipengaruhi oleh agama yang dianut. Berdasarkan penelitian, agama menjadi faktor terdepan yang mempengaruhi persepsi seseorang kepada orang lain. Hal itu lebih besar dibandingkan pengaruh etnisitas atau kewarganegaan

Ahad (15/11) the Guardian melaporkan penelitian How We Get Along yang digelar Woolf Institute menemukan sebagian besar masyarakat cukup toleran dengan orang yang memiliki etnisitas atau negara yang berbeda tetapi banyak yang bersikap negatif dengan orang yang beda keyakinan. Dalam penelitian yang dirilis Sabtu (14/11) lalu agama kerap menjadi 'batas akhir' bagi banyak orang.

Penelitian ini melibatkan sekitar 11.700 orang dewasa di Inggris dan Wales. Muslim menjadi salah satu faktor yang menentukan. Pertanyaan dalam penelitian ini fokus pada pernikahan, isu yang menjadi sebagai jalan masuk untuk mengukur toleransi dan prasangka. Mereka menemukan masyarakat Inggris dan Wales cukup nyaman pernikahan lintas etnis atau negara. Namun kata 'muslim' lebih banyak memicu sikap negatif dibandingkan kata 'orang Pakistan'. Meski sebagian besar muslim di Britania Raya adalah orang Pakistan.

Dalam penelitian tersebut, hampir sepertiga non masyarakat kulit hitam dan Asia mengatakan mereka nyaman bila ada kerabat dekat yang menikah dengan orang kulit hitam atau Asia. Tapi hanya 43 persen yang merasa nyaman bila kerabat mereka ada yang menikahi muslim.

Muslim menjadi kelompok yang paling banyak dipandang negatif. Tetapi muslim juga kelompok yang paling banyak memandang negatif terhadap agama lain. Prasangka buruk lebih tinggi ditemukan pada masyarakat kelompok usia di atas 75 tahun, mereka yang tak atau kurang memiliki pendidikan, etnik minoritas non-Asia dan jemaat Gereja Baptis.

Penelitian ini juga menemukan lebih banyak laki-laki dibanding perempuan yang keberatan bila ada kerabat menjalani pernikahan beda agama. Mayoritas masyarakat Hindu, Sikh, Yahudi, Budha dan tak beragama tak nyaman bila ada kerabatnya yang menikahi muslim. Sementara di umat Kristen hanya minoritas yang keberatan bila ada kerabat yang menikahi muslim.

Mayoritas muslim tidak nyaman bila ada kerabat yang menikahi umat Hindu, Sikh, Yahudi, Budha atau tak beragama. Sekitar empat dari 10 orang muslim mengatakan tak nyaman bila ada kerabat yang menikahi umat Kristen.

Penelitian ini juga menemukan perubahan pada generasi masyarakat minoritas saat ini. Terutama perempuan muslim Inggris yang kini memiliki kebebasan lebih luas untuk menentukan dengan siapa, kapan, dan bagaimana mereka akan menikah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement