Senin 16 Nov 2020 00:09 WIB

Hikmah Pandemi: Ekonomi Digital Ngebut, Online Shop Laris

Potensi ekonomi digital Indonesia bisa menyentuh 133 miliar dolar AS pada 2025.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ada hikmah di balik pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020. Ia menyebut, banyaknya masyarakat yang terpaksa beraktivitas di rumah saja membuat ekonomi digital berkembang pesat.
Foto: Dok. Setpres
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ada hikmah di balik pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020. Ia menyebut, banyaknya masyarakat yang terpaksa beraktivitas di rumah saja membuat ekonomi digital berkembang pesat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ada hikmah di balik pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020. Ia menyebut, banyaknya masyarakat yang terpaksa beraktivitas di rumah saja membuat ekonomi digital berkembang pesat. Sederhananya, belanja daring (online shop) menjadi laku keras selama pandemi. Fenomena ini, menurut presiden, bahkan tak hanya terjadi Indonesia namun juga di seluruh kawasan ASEAN. 

"Di tengah pandemi ini justru kita melihat percepatan pengembangan digitalisasi. Sesuai dengan laporan sekjen PBB jaringan seluler telah menjangkau lebih dari 95 persen populasi dunia," ujar Jokowi dalam sambutan ASEAN Bussiness and Investment Summit (ABIS) 2020, Sabtu (15/11) kemarin. 

PBB juga melaporkan, per Juni 2020 terdapat 441 juta orang atau sekitar 65 persen populasi di ASEAN adalah pengguna internet. Artinya, mereka sudah terakses dengan digitalisasi ekonomi. Ketergantungan dunia terhadap teknologi digital juga semakin tinggi. 

Hal ini semakin didorong oleh 'normal baru' selama pandemi, seperti 1,5 miliar anak-anak di dunia yang belajar dari ruma dan ratusan juta orang yang harus bekerja dengan memanfaatkan platform digital. 

"Online shop meningkat tajam. Kondisi tentu memberi peluang besar untuk mempercepat transformasi digital," kata presiden. 

Di ASEAN sendiri, ujar Jokowi, potensi ekonomi digital bisa mencapai 200 miliar dolar AS pada 2025 mendatang. Sedangkan Indonesia, potensi ekonomi digital bisa menyentuh 133 miliar dolar AS pada tahun 2025 nanti. 

Kendati ekonomi digital yang terus melaju kencang dan potensinya yang terus meningkat, bukan berarti transformasi digital tanpa tantangan. Jokowi menyebutkan, transformasi digital tetap menghadapi tantangan, baik yang berkaitan dengan dampak pandemi atau bukan. 

Secara umum, digitalisasi ekonomi atau otomatisasi akan memangkas jutaan lapangan kerja. Presiden menyebutkan akan banyak jenis usaha atau jenis pekerjaan yang selama ini eksis, nantinya akan hilang tergantikan mesin atau platform digital. Diprediksi, sekitar 56 persen pekerjaan di 5 negara ASEAN terancam hilang akibat otomatisasi.

Kondisi itu diperburuk oleh pandemi Covid-19 yang membuat semua negara dunia menghadapi tekanan ekonomi. Lebih dari 30 juta penduduk ASEAN terancam kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Presiden pun meminta semua negara kembali menghitung siasat bisnis dan ekonominya. 

"Kedua, digital gap di negara ASEAN juga masih sangat besar. Penetrasi internet belum merata di seluruh negara ASEAN. Dari 10 negara, hanya 3 negara yang memiliki penetrasi internet di atas 80 persen. Tantangan-tantangan inilah yang harus kita antisipasi dan harus kita mitigasi," kata Presiden Jokowi. 

Dengan berbagai potensi dan tantangan di atas, Jokowi pun melihat perlu ada terobosan yang dilakukan negara-negara di kawasan. Bussiness as usual, menurut Jokowi, tentu bukan pilihan. 

"Kita harus mempercepat transformasi digital. Apalagi saat ini kegiatan ekonomi digital ASEAN masih kecil. Hanya sebesar 7 persen dari total PDB ASEAN," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement