Ahad 15 Nov 2020 12:17 WIB

Jokowi: Pembiaran Intoleransi Beragama Suburkan Ekstremisme

Jokowi mendesak PBB agar lebih intensif menjaga kemajemukan dan toleransi.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo
Foto: ANTARA/Biro Pers/Rusman
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan prihatin dengan masih adanya praktik intoleransi beragama dan kekerasan atas nama agama. Jokowi pun mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar lebih intensif menjaga kemajemukan dan toleransi. 

Presiden mengatakan, masyarakat dunia butuh persatuan dalam menghadapi pandemi Covid-19. "Kalau ini (intoleransi beragama dan kekerasan atas nama agama) dibiarkan maka akan mencabik harmoni dan menyuburkan radikalisme dan ekstremisme. Ini tidak boleh terjadi," kata Jokowi dalam pidato Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 ASEAN-PBB yang digelar secara virtual, Ahad (15/11). 

Baca Juga

Jokowi mengatakan, dunia membutuhkan persatuan, persaudaraan, dan kerja sama untuk mengatasi Covid-19 dan tantangan global lainnya. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia berpandangan bahwa kebebasan berekspresi tidak bersifat absolut. 

Nilai, lambang, dan sensitivitas agama harus selalu dihormati. "Di saat yang sama, Indonesia mengutuk segala bentuk kekerasan dengan alasan apapun. Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama. Terorisme adalah terorisme," katanya. 

Pada pengujung pidatonya, Presiden Jokowi mengajak Sekretaris Jenderal PBB untuk menggerakkan dunia agar terus bekerja sama memperkuat toleransi, mencegah ujaran kebencian, dan menolak kekerasan atas alasan apapun. "Keberagaman, toleransi, dan solidaritas merupakan fondasi yang kokoh bagi dunia yang damai, aman, dan stabil," ujar presiden. 

Dalam KTT ke-11 ASEAN-PBB ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Wakil Tetap RI untuk ASEAN Ade Padmo Sarwono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement