Ahad 15 Nov 2020 02:03 WIB

Menlu Retno: Kesetaraan Gender Bukan Hanya Isu Perempuan

Isu pemberdayaan perempuan sangat penting bagi perdamaian dunia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, bahwa isu pemberdayaan perempuan sangat penting bagi perdamaian dunia. Isu ini pun tidak memandang laki-laki atau perempuan, karena menurutnya isu kesetaraan gender merupakan isu bersama.

Hal itu Menlu Retno sampaikan pada kesempatan menghadiri pertemuan ASEAN Women Leader Summit dalam rangka KTT ASEAN ke-37 yang diselenggarakan pada Kamis (12/11) larut malam lalu secara virtual. "Diplomasi Indonesia sangat aktif dalam mengedepankan isu pemberdayaan perempuan. Indonesia juga sangat aktif untuk isi women, peace and security," ujar Menlu Retno dalam pengarahan media secara virtual, Sabtu (14/11).

Baca Juga

Indonesia aktif dalam mengarusutamakan peran perempuan dalam perdamaian. Pada saat menjadi presiden Dewan Keamanan PBB pada Mei lalu, Indonesia menginisiasi satu resolusi baru mengenai women peacekeeper atau pasukan perempuan penjaga perdamaian.

"Resolusi ini merupakan resolusi pertama Dewan Keamanan PBB yang membahas mengenai penjaga perdamaian perempuan," ujar Menlu Retno.

Selain itu,  dalam pertemuannya di ASEAN Women Leader Summit, Menlu Retno menyampaikan bahwa ASEAN hanya memiliki waktu empat tahun untuk mencapai ASEAN Community Vision 2025, yakni cita-cita ASEAN untuk memiliki masyarakat yang inklusif.

Menurutnya, hal itu hanya dapat dicapai dengan mendorong isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. "Negara ASEAN harus terus menjalankan perkembangan positif di berbagai bidang. Contohnya yaitu isu kesetaraan gender telah berada di semua konstitusi negara anggota ASEAN," ujarnya.

Namun demikian, Retno menegaskan bahwa penting untuk terus melakukan perbaikan termasuk di dalam implementasi kebijakan terlebih soal perempuan. Oleh karena itu, sambungnya, untuk terus mendorong kemajuan kesetaraan gender, maka diperlukan perubahan cara pikir maupun perubahan mindset.

"Salah satu cara terpenting untuk mengubah mindset adalah melalui pendidikan," ujarnya..

Menurutnya, jejaring kerja atau network antara perempuan penting untuk digerakkan. Para perempuan penting untuk saling memberikan inspirasi dan berbagi pengalaman.

Retno menyontohkan, jaringan kerja antara para menteri luar negeri perempuan yang sangat kokoh dalam memperjuangkan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Salah satu keaktifan Indonesia di dalam memperkuat jejaring kerja ini pun telah tercetus dengan membuat Southeast Asia Woman Negotiator and Mediators Network.

Retno menyampaikan pada pertemuan tersebut Indonesia juga melakukan pelatihan pada tingkat kawasan untuk para diplomat perempuan. Dia menegaskan kolaborasi antara jejaring kerja perempuan harus terus diperkuat sebagai bagian dari global alliance for women and security.

"Selain itu kita juga harus membangun kemitraan dengan lingkungan kita termasuk dengan kaum laki-laki. Peran laki-laki sangat penting dalam isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan," katanya.

Untuk Indonesia hal tersebut pun dicerminkan dalam peran yang dimainkan oleh Presiden Republik Indonesia sebagai salah satu G40 Inisiatif. Pemerintah Indonesia juga memasukkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di dalam rencana pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024.

"Di akhir pernyataan saya menyampaikan bahwa isu kesetaraan gender bukan merupakan isu perempuan, tetapi isu kita semua dan upaya untuk mencapai kesetaraan gender akan menjadi pondasi yang kuat untuk membangun komunitas yang inklusif dan lebih bertahan," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement