Sabtu 14 Nov 2020 20:08 WIB

Fokus Beras Khusus, Kementan Kembangkan Daya Saing Ekspor

Selama ini yang diekspor dari Indonesia adalah beras khusus seperti beras organik

Beras hitam salah satu beras yang diekspor dari Indonesia.
Foto: Kementan
Beras hitam salah satu beras yang diekspor dari Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Saat bicara produksi, produktivitas penanganan psacapanen sampai dengan pemasaran menjadi hal yang harus ditangani semua unsur baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Bagaimana konsep peningkatan daya saing beras menjadi topik hangat diskusi “Ngopi Bareng Nozomi” yang dihadiri unsur Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, pengusaha penggilingan, pelaku usaha serta eksportir.

Baca Juga

Direktur Jenderal, Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi yang didaulat menjadi narasumber utama pada acara tersebut mengatakan perlunya upaya bagaimana supaya beras Indonesia berdaya saing global. Ia mengaku bahwa dirinya pengagum konsep feed the world dan meyakini bahwa Indonesia suatu saat sebagai pemasok pangan tahun 2045. “Saya optimistis terhadap itu, lebih cepat lebih bagus,” ungkapnya.

Hal ini bukan tidak mungkin karena seluruh dunia butuh sehat, untuk sehat perlu pangan yang sehat juga. Secara kinesologi Suwandi menyebut bahwa pangan yang baik hanya ada di indonesia. “Kita mampu memasok pangan dunia suatu saat ini. Berapapun kondisi pangan yang diproduksi petani harus dibeli,” ujarnya.

Tekait beras, selama ini yang diekspor dari Indonesia adalah beras khusus seperti beras organik, beras merah, beras hitam dan lainnya. Selain itu ada juga produk samping seperti dedak, bekatul, dan sekam. Memang ada banyak permintaan beras kemarin, namun karena terkendala pandemi covid jadi beberapa masih proses. Suwandi pun meyakini peluangnya akan bagus ke depan.

photo
Selama ini yang diekspor dari Indonesia adalah beras khusus seperti beras organik, beras merah, beras hitam dan lainnya. - (Kementan)

 

Strategi yang harus dilakukan saat ini adalah harus memperbanyak negara dan memperbesar volume ekspor. Salah satu kiatnya dengan menambah wilayah binaan untuk mengembangkan lokasi berdaya saing dan bekerjasama dengan eksportir. Kementerian Pertanian menurut Suwandi telah melakukan upaya untuk hal itu, apalagi adanya program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo menjadi tugas utama untuk meningkatkan potensi ekspor produk pertanian saat ini.

Bagaimana caranya agar berdaya saing, Kementan telah memberikan beberapa dukungan fasilitas seperti dengan bantuan sertifikasi bagi pertanian organik, uji mutu hasil produk pertanian, peningkatan SDM pembina mutu, pengajuan rancangan SNI sebagai sertifikasi jaminan mutu, serta bantuan alat pascapanen.

Tahun 2021 Kementan akan tetap fokus pada pangan beras, dengan intervensi pemerintah 2,8 juta hektar akan ada preferensi fasilitasi kegiatan untuk padi lahan kering, padi sawah, padi rawa, padi tadah hujan, padi di daerah rawan stunting serta budidaya beras khusus dan premium.

Di tempat sama pakar pertanian Sutarto Alimoeso menyebut ada beberapa faktor yang menjadi tantangan ekspor beras. Seperti produksi, produktivitas, kontinuitas, kesesuaian lahan, posisi Indonesia, harga.

“Peluang meningkatkan produksi dan provitas masih ada, pola panen tahun 2020 juga terjadi pergeseran waktu panen, dengan panen sepanjang waktu diharapkan tidak ada defisit bulanan. Kalau saya lihat berdasarkan data BPS akan ada banyak stok beras, saya rasa tidak perlu lagi ada impor, stok pangan aman, apalagi tahun ini tidak ada el nino,” ujar pria yang sering diundang pada forum perdagangan beras internasional ini.

Ia menyebut ada beberapa strategi meningkatkan daya saing beras, yaitu meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi dan modernisasi dari hulu hilir, fokus pada beras khusus dengan kualitas tinggi dan promosi membuka pasar ke negara luar.

Promosi ini menurut Sutarto sangat penting karena selama ini image Indonesia sebagai pengimpor beras, padahal sebenarnya Indonesia ini bisa menghasilkan berbagai jenis beras, “ tuturnya.

Harga juga menjadi hambatan selama ini karena itu perlu efisensi dalam budidaya, pengolahan hasil serta lgistiknya. Terakhir Sutarto menyarankan pemerintah fokus menggenjot beras khusus karena beras ini sudah punya pangsa pasar yang cukup banyak di negara tetangga.

Senada dengan hal tersebut, Gatut Sumbogodjati Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengatakan bahwasanya Kementan sudah mulai punya program mengembangkan beras khusus substitusi impor seperti thai hom mali, tarabas, dan sebagainya. “Promosi tentunya menarik. Saat ini kamipun ikut serta dalam event virtual exhibition trade expo yang sedang berlangsung saat ini. Disitu kami mengenalkan produk ekspor seperti beras khusus. Harapannya semakin memperluas pangsa pasar beras kita,” pungkas Gatut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement