Ahad 15 Nov 2020 06:03 WIB

Jakarta Juga Punya Mausoleum Megah, Ini Sejarahnya

Mausoleum di Jakarta ini merupakan yang termegah di Asia Tenggara.

Jakarta Juga Punya Mausoleum Megah, Ini Sejarahnya. Mausoleum OG Khouw (monumen makam) milik pasangan saudagar tebu Lim Sha Nio dan suaminya Oen Giok Khouw di TPU Petamburan, Jakarta.
Foto: Wikimedia
Jakarta Juga Punya Mausoleum Megah, Ini Sejarahnya. Mausoleum OG Khouw (monumen makam) milik pasangan saudagar tebu Lim Sha Nio dan suaminya Oen Giok Khouw di TPU Petamburan, Jakarta.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat satu mausoleum atau monumen makam yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia. Masyarakat mengenalnya sebagai Taj Mahal. Monumen makam yang terletak di Agra, India itu didirikan oleh Raja Shah Jahan sebagai bukti cinta kepada mendiang istrinya Mumtaz Mahal usai tutup usia.

Monumen makam (mausoleum) dengan latar kisah kasih yang serupa, ternyata dapat juga dapat disaksikan di Pusat Ibu Kota Jakarta tepatnya di TPU Petamburan yang terletak di Jalan KS Tubun nomor 1, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mausoleum yang menempati bagian tengah TPU Petamburan dan dibangun di masa kolonial Belanda itu pun saat ini dikenal dengan nama Mausoleum OG Khouw.

Baca Juga

Bangunan makam yang luas nan megah itu menjadi tempat persemayaman terakhir sepasang saudagar tebu yang kaya raya dari Tambun, Bekasi kala Indonesia masih disebut dengan nama Hindia Belanda. Awal mulanya bangunan itu didirikan oleh sang istri bernama Lim Sha Nio untuk menunjukkan bukti cintanya kepada mendiang suaminya Oen Giok Khouw yang wafat dan dikremasi di Swiss pada 1927.

Lim Sha Nio ingin menciptakan kenangan terakhir yang membekas tentang suaminya. Wanita itu memutuskan membangun monumen yang kini dikenal sebagai mausoleum termegah di Asia Tenggara.

Bagaimana tidak? Tak hanya menggunakan jasa arsitek dari Italia bernama G. Racina, Lim Sha Nio juga memilih menggunakan material terbaik dari negara pemilik Menara Pisa itu.

Biaya pembuatan tempat persemayaman terakhir OG Khouw itu pun terbilang fantastis. Lim Sha Nio harus merogoh kocek sebesar 250 ribu dolar AS atau setara Rp 3,5 miliar di era 1920-an.

Butuh waktu lebih dari satu bulan untuk mendapatkan material seperti batu-batu marmer, ornamen hiasan, hingga baja penyangga yang saat ini menjadi bahan pembuatan Mausoleum OG Khouw mengingat pada masa itu pengiriman impor hanya dapat melalui jalur pelayaran. Rencana awal Lim Sha Nio pun dapat dikatakan sukses.

Ia berhasil membuat persemayaman terakhir bersama suaminya itu menjadi kenangan yang berkesan dan menjadi sejarah untuk tiga generasi. Bergaya arsitektur art deco, tak ada kesan seram atau pun mistis pada saat Anda berkunjung ke Mausoleum OG Khouw.

Bisa dikatakan Andadapat berdecak kagum dan merasa takjub pada saat melihat bangunan berkubah itu masih berdiri tegap meski sudah berusia hampir satu abad. Mausoleum OG Khouw terbagi menjadi dua bagian.

Pada bagian atas masyarakat yang berkunjung dapat melihat berbagai ornamen patung-patung malaikat dengan sajian utama merupakan nisan Oen Giok Khouw dan istrinya Lim Sha Nio. Jika melangkah ke bagian bawah, pengunjung dapat melihat lebih jelas gambaran wajah pasangan suami istri itu yang terukir di tembok Mausoleum.

Pada 2020, bangunan dengan dominasi warna hitam dan abu-abu itu pun meski sudah 89 tahun berdiri terlihat masih tampak terawat lewat pengelolaan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peninggalan sejarah ini menempati area paling luas di TPU Petamburan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement