Rabu 11 Nov 2020 22:14 WIB

Ternak Indonesia Dilirik Malaysia, Jepang dan Australia

Alumni Peternakan IPB ungkap potensi besar peternakan Indonesia. 

Budi Susilo Setiawan, SPt, alumni Fakultas Peternakan IPB dan pengusaha peternakan domba terpaadu berbagi pengalamannya kepada adik-adik kelasnya.
Foto: Dok IPB University
Budi Susilo Setiawan, SPt, alumni Fakultas Peternakan IPB dan pengusaha peternakan domba terpaadu berbagi pengalamannya kepada adik-adik kelasnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Budi Susilo Setiawan, SPt, owner Mitra Tani Farm (Peternakan Domba Terpadu) berkesempatan membagi pengalamannya dalam bidang usaha peternakan kepada mahasiswa IPB University angkatan 57 pada Rabu (11/11).

Budi Susilo telah memulai bisnis peternakannya sejak tahun 2002, ketika ia masih berada di tahun kedua perkuliahan.

“Mengapa peternakan? Alasan pertama karena ada potensi. Negara Indonesia adalah negara agraris, seharusnya bisa mengekspor produk pertanian. Tapi faktanya sampai dengan hari ini kita masih impor. Kalau pun tidak impor setidaknya swasembada. Tidak ada yang salah dengan impor, yang salah adalah jika kita keasikan impor dan lupa membangkitkan potensi kita sendiri,” kata Budi Susilo mengawali paparannya.

Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan angkatan 37 ini memaparkan berbagai potensi besar dari hewan ternak Indonesia.

“Alasan kedua, kita memiliki sumber plasma nutfah. Ayam kampung kita dikenal dunia dengan daya adaptasi yang tinggi, gennya sering dimanfaatkan. Tapi terkadang kita tidak sadar. Jepang sedang melakukan penelitian terhadap ayam kampung kita. Jangan kaget jika nanti muncul ayam khas Jepang yang tetuanya adalah ayam kampung kita,” lanjut Budi Susilo dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Potensi lainnya adalah kambing Etawa. Budi Susilo menyampaikan bahwa ia mendapati pengusaha asal Malaysia datang ke Kali Gesing, Purworejo, Jawa Tengah untuk mengumpulkan kambing Etawa berkualitas tinggi yang kemudian dikirim langsung ke Malaysia dengan pesawat khusus. Kemudian Malaysia memproduksi berbagai produk turunan dari susu kambing Etawa, seperti lulur susu kambing, sabun susu kambing serta susu kambing bubuk. Produk-produk tersebut akhirnya dipasarkan kembali ke negara-negara tetangga termasuk Indonesia.

“Terkait domba, salah satu potensi kita adalah Domba Garut. Peneliti dari Australia mencoba menyilangkan bibit unggul Domba Garut dengan domba lokal mereka untuk kembali dipasarkan di Indonesia. Karena jika mereka memasarkan domba dari Australia, di Indonesia kurang diminati. Domba yang diminati Indonesia berkisar antara 20-30 kilogram saja,” imbuhnya.

Potensi peternakan Indonesia juga pada hewan ternak sapi, salah satunya Sapi Bali. Seperti yang Budi Susilo sampaikan, lagi-lagi negara Malaysia selangkah di depan. Malaysia mengimpor Sapi Bali dan mengembangkan genetikanya, sehingga populasi Sapi Bali di sana bahkan lebih besar dibanding yang ada di Indonesia.

Budi Susilo mewanti-wanti jika Indonesia tidak kunjung menyadari potensi-potensi ini, maka jangan heran jika suatu saat Indonesia harus impor Sapi Bali dari Malaysia, Domba Garut dari Australia, atau ayam dari Jepang.

“Kekurangan kita adalah masih kurangnya perhatian kita pada sektor pertanian terpadu. Sehingga banyak peternak yang masih menerapkan sistem peternakan konvensional. Di sinilah perlu transfer ilmu dan teknologi kepada petani-petani kita. Jika mereka dibiarkan menjadi single fighter dengan teknologi sederhana, akan kasihan. Jadi bagusnya kita serius membangun desa. Dari desa yang maju, maka kota akan maju,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement