Kamis 12 Nov 2020 01:25 WIB

Turki Berminat Produksi Vaksin Covid-19 Rusia

Rusia mengeklaim vaksin Covid-19 buatannya efektif 90 persen.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Seorang pekerja medis Rusia menampilkan vaksin uji coba terhadap COVID-19 dalam fase tes pasca pendaftaran di rumah sakit rawat jalan nomor 68 di Moskow, Rusia, 17 September 2020. Rusia mendaftarkan vaksin baru yang disebut
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Seorang pekerja medis Rusia menampilkan vaksin uji coba terhadap COVID-19 dalam fase tes pasca pendaftaran di rumah sakit rawat jalan nomor 68 di Moskow, Rusia, 17 September 2020. Rusia mendaftarkan vaksin baru yang disebut

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Turki berminat untuk memproduksi vaksin Covid-19 pertama Rusia, Sputnik V, di fasilitas domestik mereka. Sebelumnya, Moskow telah mengeklaim bahwa vaksin yang dikembangkannya memiliki keefektifan 90 persen.

"Kepala kementerian kesehatan Turki menyatakan minatnya untuk mengatur produksi vaksin Sputnik V di fasilitas produsen farmasi Turki, setelah studi toksikologi telah dilakukan, sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang setempat," kata Kementerian Kesehatan Rusia dalam sebuah pernyataan pada Rabu (11/11).

Baca Juga

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko disebut telah meyakinkan Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca tentang kesiapan untuk mengadakan tes semacam itu. Kementerian Kesehatan Turki masih menolak menguatkan klaim tersebut.

Namun, Koca telah mengonfirmasi bahwa dia memang telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Murashko. “Kami bertukar pandangan tentang masalah di bidang kesehatan tempat kami bekerja sama, yaitu upaya vaksin Covid-19 dan operasi internasional yang kami ikuti,” kata Koca melalui akun Twitter pribadinya pada Selasa (10/11).

Rusia sudah menguji dua vaksin untuk melawan virus korona dan hampir mendaftarkan yang ketiga. Vaksin Sputnik V telah diluncurkan untuk penggunaan domestik meskipun uji coba tahap akhir belum selesai.

Sementara itu, Turki telah melaporkan hampir 400 ribu kasus Covid-19. Wabah telah menyebabkan lebih dari 11 ribu warga di negara tersebut meninggal. Pada Juli lalu Pemerintah Turki mengubah metode penghitungan kasus hariannya, yakni dengan hanya mendaftarkan pasien bergejala. Para kritikus menilai, langkah itu bertujuan menyembunyikan skala sebenarnya dari penyebaran Covid-19 di negara tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement