Rabu 11 Nov 2020 19:45 WIB

Sistem Pangan Adil Solusi untuk Berdayakan Petani

Kita memiliki beragam sistem pangan yang bersandar pada sumber daya lokal.

Petani memanen padi di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (9/11/2020). Badan Pusat Statistik mencatat sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif pada kuartal III-2020 yakni tumbuh sebesar 2,15 persen (yoy).
Foto: Antara/Fauzan
Petani memanen padi di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (9/11/2020). Badan Pusat Statistik mencatat sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif pada kuartal III-2020 yakni tumbuh sebesar 2,15 persen (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pengembangan sistem pangan yang adil dan berkelanjutan menjadi salah satu solusi untuk membuat petani berdaya. Sistem pangan ini diharapkan mampu menjamin hak atas pangan bagi seluruh penduduk, khususnya petani.

Hal tersebut menjadi salah satu benang merah dari 'Refoodmation' yang digelar Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) di Bogor. Badan Pengurus KRKP Nanang Hari mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan sistem pangan tersebut.

"Kita memiliki beragam sistem pangan yang bersandar pada sumber daya lokal. Sistem pangan kita sangat resilien, sehingga melakukan perbaikan sistem pangan menjadi mungkin," kata Nanang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (11/11).

Dalam gelaran Refoodmation ini, KRKP juga menayangkan laporan dari tiga desa yang menerapkan sistem pangan berbasis kearifan lokal. Pertama adalah di Kasepuhan Cibarani, merupakan bagian dari Kesatuan Adat Banten Kidul (SABAKI) yang berada di Desa Cibarani Kecamatan Cirinten, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Kasepuhan ini mengembangkan sistem pangan mereka sendiri yaitu tradisi menyimpan gabah dilumbung-lumbung pangan keluarga dan juga desa. Mereka juga membudidayakan padi lokal. Masyarakat juga membudidayakan tanaman lain seperti kopi dan duren.

“Masyarakat Cibarani menerapkan tujuh aturan adat yang berkaitan pengelolaan wilayah dan sumber daya alam,” ujar Nanang.

Sementara itu Head of Program Management Oxfam Indonesia Siti Khoirun Nikmah mengatakan, pandemi memperparah kondisi sistem pertanian. Ini terjadi karena petani tidak bisa menjual hasil panennya. Sementara, selama ini petani sangat bergantung pada penjualan hasil panennya.

"Petani juga mengalami kesulitan akses terhadap pangan berkualitas, karena terjadi monetarisasi, semua dibayar dengan uang, sehingga petani menjual hasil pertanian yang bagus ketimbang dimakan, petani menjadi rentan terhadap akses pangan berkualitas," kata Nikmah.

Dalam sesi talkshow di Refoodmation ini juga dihadiri Wakil DIrektur Utara, Gatot Trihargo. Gatot menyampaikan bahwa penting adanya cadangan pangan di desa dalam skema Lumbung.

“Ada sekitar 50-60 perse cadangan pangan nasional tersimpan di masyarakat baik di rumah maupun di lumbung seperti yang ada di desa Pendua. Kondisi ini yang sangat mendukung adanya pemenuhan pangan yang aman selama masa pandemi COVID -19,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement