Kamis 12 Nov 2020 00:46 WIB

Kerbau Bule Tertua Keraton Solo Mati

Kerbau bule Nyi Manis Sepuh mati di usia 35 tahun.

SURO KASUNANAN. Kerbau bule keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet Keraton Surakarta Hadiningrat, diarak sebagai pembuka Kirab 1 Suro di kawasan Gladag, Solo, Jateng, Sabtu (26/11) malam. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1
Foto: Antara/Andika Betha
SURO KASUNANAN. Kerbau bule keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet Keraton Surakarta Hadiningrat, diarak sebagai pembuka Kirab 1 Suro di kawasan Gladag, Solo, Jateng, Sabtu (26/11) malam. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kerbau tertua koleksi Keraton Solo mati pada pukul 07.00 WIB, Rabu (11/11), akibat penyakit radang lambung. Kondisi kerbau memburuk selama lima hari terakhir.

"Akibat radang lambung ini, kalau makan pasti mbalik (dimuntahkan) lagi. Selain itu, kalau menurut dokter, ya faktor usia juga," kata Heri Sulistyo, salah satu abdi dalem keraton yang sehari-hari bertugas memelihara kerbau milik keraton.

Baca Juga

Ia mengatakan, kerbau bule yang dinamakan Nyai Manis Sepuh tersebut mati di umur 35 tahun. Dengan berkurangnya satu ekor kerbau, dikatakannya, saat ini kerbau milik Keraton Solo tersisa 21 ekor.

Penguburan kerbau Nyi Manis Sepuh dilakukan di Sitinggil Keraton Surakarta. Ia mengatakan, untuk prosesi penguburan dipimpin oleh ulama keraton dan sebelum dikubur, kerbau dibungkus dengan kain kafan berwarna putih.

"Untuk ubo rampe (perlengkapan) yang dipakai juga ada dupa dan bunga. Proses penguburan sekitar tiga jam," katanya.

Sementara itu, kerbau koleksi Keraton Solo atau disebut juga dengan kebo bule hingga saat ini masih dianggap keramat oleh sebagian orang. Bahkan, setiap malam 1 Sura atau 1 Muharram Keraton Solo menyelenggarakan arak-arakan yang juga diikuti kerbau bule.

Pada kirab tersebut, kerbau bule sebagai "cicik lampah" atau pembuka iring-iringan yang diikuti oleh seluruh anggota keluarga Keraton Solo. Bahkan, sebagian orang tidak ragu untuk mengambil sisa makanan maupun kotoran yang dikeluarkan selama arak-arakan karena dianggap sebagai pembawa berkah.

Heri mengatakan sehari-harinya kerbau koleksi keraton dikandangkan di kawasan Alun-alun Selatan Surakarta. Ia mengatakan, 22 kerbau tersebut menempati tiga kandang yang berbeda.

"Hampir setiap sore ada saja pengunjung yang datang hanya untuk melihat-lihat kebo bule ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement