Rabu 11 Nov 2020 17:16 WIB

Kontribusi ITB dalam Pengembangan Vaksin Covid-19

Dalam mengembangkan vaksin ITB tergabung dengan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Vaksin (ilustrasi)
Foto: AP Photo/LM Otero
Vaksin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kemunculan penyakit Covid-19 menyebabkan semua lembaga kesehatan di dunia bereaksi. Penyakit yang baru dan belum ada obatnya ini menular dengan begitu mudah, menyebabkan lebih dari 50 juta orang terpapar dan lebih dari 1 juta orang tercatat meninggal dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.

Sejumlah lembaga riset dan perguruan tinggi di Indonesia pun turut bereaksi. Ada yang langsung bertindak dengan merekrut relawan tenaga kesehatan, ada juga yang berupaya memerangi pandemi ini dari balik layar, yakni para ahli vaksin dan obat.

Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu bagian dari perguruan tinggi yang mengembangkan Vaksin Merah Putih. Tim Penggalang Dana dan Komunikasi Publik Vaksin ITB, Hari Tjahjono, mengatakan pihaknya ingin berkontribusi untuk meningkatkan peluang keberhasilan vaksin buatan Indonesia.

"Mengembangkan vaksin itu metodenya banyak sekali, dan masing-masing metode kemungkinan keberhasilannya tidak besar. Nah, ITB ingin berkontribusi dengan mengembangkan vaksin yang belum dilakukan tim lain di Indonesia, yang kebetulan metodenya dikuasai tim ITB," kata Hari, dihubungi Republika, Rabu (11/11).

Saat ini, dalam mengembangkan vaksin ITB tergabung dengan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Hari mengatakan, ITB percaya kemampuan bangsa Indonesia harus terus ditingkatkan untuk bisa membuat vaksin secara mandiri.

Tahapan pengembangan vaksin yang dilakukan ITB saat ini berada di tengah jalan menuju tahap terakhir. Saat ini, Hari menjelaskan, para peneliti berada di tahap pembuatan genom adenovirus rekombinan dan karakterisasinya. Setelah ini, masih ada beberapa tahap yakni pembuatan adenovirus rekombinan dan penentuan titer virus, serta purifikasi.

Hari menuturkan, peneliti ITB masih terus mengembangkan kandidat vaksin Covid-19. Sebab, tahapan ini merupakan langkah yang paling penting dalam mengembangkan vaksin. Ia berharap, proses pengembangan vaksin yang dilakukan ITB bisa berhasil menemukan kandidat vaksin yang dibutuhkan.

Adapun tahapan praklinis diperkirakan bisa dilakukan pada pertengahan tahun 2021. "Yang jelas, kalau kandidat vaksin sudah ditemukan, targetnya tentu kandidat vaksin tersebut lolos uji klinis menjadi vaksin dan bisa diproduksi massal," kata Hari menjelaskan.

Hingga saat ini, Hari menjelaskan, proses penemuan kandidat vaksin berjalan cukup lancar. Ia mengatakan, saat ini pihaknya belum menemukan kendala yang berarti terkait proses pengembangan vaksin Covid-19 yang dilakukan ITB.

Lebih lanjut, ia berharap setelah kandidat vaksin ditemukan nantinya ITB mendapatkan dukungan dari masyarakat sekaligus pemerintah. ITB juga membutuhkan dukungan dari industri kesehatan supaya vaksin yang dikembangkan bisa melalui proses uji klinis hingga diproduksi massal nantinya.

"Sehingga keinginan kita bersama untuk mandiri vaksin dapat kita wujudkan," kata dia lagi.  

Di dalam Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang digagas pemerintah, terdapat enam institusi yang melakukan pengembangan Vaksin Merah Putih. Keenam Institusi itu LBM Eijkman ( platform sub unit protein rekombinan mamalia based dan yeast based), LIPI (protein rekombinan fusi), UGM (protein rekombinan), UI (DNA, mRNA, virus-like-particles), ITB (Adenovirus), dan Unair (Adenovirus dan Adeno-Associated Virus-Based).

Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 ini dibangun tidak hanya untuk mengembangkan vaksin, namun juga berbagai alat kesehatan terkait penanganan Covid-19. Hingga saat ini, inovasi yang dilakukan tim konsorsium telah menghasilkan alat kesehatan seperti rapid test, PCR kit, dan juga ventilator.

Menristek/Kepala BRIN Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan Indonesia harus memiliki kemandirian dalam menghadapi Covid-19. Sebab, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. "Kita harus mempunyai kemampuan, tidak hanya di produksi, tapi juga di tahap penelitian dan pengembangan," kata Bambang beberapa waktu lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement