Rabu 11 Nov 2020 14:24 WIB

Joe Biden Beri Sinyal akan Bentuk Pemerintahan Transisi

Presiden Donald Trump enggan mengakui kekalahan dalam Pilpres AS

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Presiden terpilih Joe Biden tiba untuk berbicara pada Senin, 9 November 2020, di teater The Queen di Wilmington, Del.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Presiden terpilih Joe Biden tiba untuk berbicara pada Senin, 9 November 2020, di teater The Queen di Wilmington, Del.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kandidat capres terpilih dari partai Demokrat Joe Biden memberi sinyal bakal memulai proses pembentukan tim transisi dalam mengambil alih pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada 2021. Hal itu dilakukan meski Presiden Donald Trump belum mengakui kekalahan Pilpres.

"Kami tidak melihat apapun yang memperlambat kami dalam proses mempersiapkan tim transisi," ujar Biden kepada wartawan di kampung halamannya Wilmington, Delaware, dilansir laman Sputnik, Rabu (11/11).

Baca Juga

Salah satu hal yang akan diubah Biden adalah rapat intelijen presiden yang dilakukan setiap hari serta pendanaan tambahan. Menurutnya hal itu berguna, tetapi tidak perlu.

Pihak Biden juga telah merilis rencana untuk memerangi virus corona begitu dia resmi menjabat. Biden mengatakan, dirinya akan merilis beberapa nama untuk posisi kabinet pada 26 November, tepat pada hari libur Thanksgiving di AS.

Namun, sejumlah pejabat penting telah bersuara mengenai keputusan apakah akan terus berada di pemerintahan ataupun melepaskan jabatan. Kepala NASA Jim Bridenstine mengatakan, dia tidak akan lagi menjadi kepala badan antariksa AS. Sementara, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) di National Institutes of Health (NIH) dan anggota gugus tugas Covid-19 pada pemerintahan Trump, Anthony Fauci akan tetap tinggal.

Biden telah dinyatakan menang pemilu 3 November oleh semua media utama AS. Dia juga telah mendapatkan banyak ucapan selamat dari pemerintah asing.

Namun demikian, Trump tetap bersikukuh bahwa pemilu belumlah selesai. Dia yakin bahwa ada kecurangan dalam penghitungan suara di sejumlah negara bagian dan bahkan memaksa penghitungan ulang.

"Kita semua tahu mengapa Joe Biden terburu untuk menjadi pemenang, dan mengapa sekutu medianya berusaha keras untuk membantunya: karena mereka tidak ingin kebenaran terungkap," ujar Trump.

"Fakta sebenarnya adalah pemilihan umum kali ini masih jauh dari kata selesai," kata Trump setelah pidato kemenangan Biden Sabtu lalu.

Biden menilai sikap Trump yang menolak Pilpres, memalukan. "Saya pikir itu memalukan, sejujurnya," kata Biden. Menurutnya, tindakan hukum sangat tidak diperlukan. Seperti diketahui, Trump mengupayakan tindakan hukum atas sengketa Pilpres yang menurut Trump dan tim kampanyenya ada kejanggalan.

"Saya pikir itu tidak akan membantu warisan presiden. Saya pikir saya tahu dari diskusi saya dengan para pemimpin asing sejauh ini, bahwa mereka berharap lembaga demokrasi Amerika Serikat sekali lagi dipandang kuat dan tahan lama," ujar Biden.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga menolak hasil Pilpres. Dia mengatakan kepada wartawan akan ada transisi yang mulus ke pemerintahan Trump untuk periode kedua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement