Selasa 10 Nov 2020 13:12 WIB

Indef: Kemenangan Biden Meningkatkan Tensi Perang Dagang

Perang dagang AS-China harus tetap jadi perhatian bagi Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kemenangan Joe Biden akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Amerika. Setidaknya ini menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk nonmigas dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS).
Foto: Republika
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kemenangan Joe Biden akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Amerika. Setidaknya ini menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk nonmigas dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kemenangan Joe Biden akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Amerika. Setidaknya ini menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk nonmigas dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS).

Ekonom Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan kebijakan perdagangan yang dijalankan Joe Biden akan lebih bersifat regional dan tidak terlalu banyak kerja sama yang bersifat bilateral.

Baca Juga

“Perang dagang masih akan terus terjadi karena sebelumnya Biden mengkritik saat Trump menandatangani perjanjian fase 1 bersama China,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (10/11).

Menurutnya kesepakatan tersebut dikritisi tidak bisa meningkatkan produksi di dalam negeri dan perdagangan dengan China masih meningkat. Selanjutnya Biden akan bekerja sama dengan Amerika untuk bersama-sama menerapkan trade war ke China.

“Kemungkinan besar tensinya juga akan terus meningkat,” ucapnya.

Andry menyebut kebijakan perang dagang ini juga harus menjadi perhatian bagi Indonesia. Hal ini disebabkan saat perang dagang banyak perusahaan yang melakukan relokasi dari China.

“Apabila Indonesia tidak siap mengantisipasi maka investor asing tidak akan berminat untuk menanamkan modalnya ke Indonesia,” ucapnya.

Ke depan, Andry memprediksi setelah pandemi Covid-19 akan ada perubahan tren dari sebelumnya berpusat di China. “Para investor mulai melihat negara lain untuk investasi,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement