Selasa 10 Nov 2020 03:40 WIB

Mengapa Manusia Hanya Bisa Menyesali Diri Saat Kiamat?

Manusia akan menyesali diri berharap waktu terulang sebelum kiamat

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Manusia akan menyesali diri berharap waktu terulang sebelum kiamat. Ilustrasi Kiamat
Foto: Republika/Mufti Nurhadi
Manusia akan menyesali diri berharap waktu terulang sebelum kiamat. Ilustrasi Kiamat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tak ada yang tahu kapan kiamat akan terjadi. Tetapi yang pasti, kondisi umat manusia ketika itu menghadapi dahsyatnya kiamat.  

Mata manusia akan terbelalak kala Hari Kiamat tiba. Bulan tak lagi memperlihatkan cahayanya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qiyamah ayat 7-9: 

Baca Juga

فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ وَخَسَفَ الْقَمَرُ "Maka apabila mata terbelalak (ketakutan). Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan matahari dan bulan dikumpulkan." 

"Mungkin saat itu orang-orang yang mengingkarinya baru benar-benar percaya dan ia benar-benar menyesal. Bahkan ia pun kebingungan apa yang harus dilakukannya," kata Dr Saiful Bahri, MA, alumnus doktor jurusan tafsir dan ilmu-ilmu Alquran Universitas Al-Azhar Kairo yang menjelaskan tafsir surat al-Qiyamah dikutip dari blog resminya, Senin (9/11).   

 

يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ كَلَّا لَا وَزَرَ "Pada hari itu manusia berkata, "Kemana tempat berlari? Sekali-kali tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmulah pada hari itu tempat kembali." (QS Al-Qiyamah: 10-12)

Saiful menjelaskan kembali, bahwa di Hari Kiamat itu berlari sejauh-jauhnya pun sudah tidak ada artinya dan tidak bisa membantu menyelamatkan orang-orang yang ingkar Hari Kiamat. Tidak ada tempat persembunyian yang benar-benar bisa dijadikan tempat berlindung. 

"Pada hari itu diberikan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya". (QS 75: 13-15)

Di hari pengadilan itu, tidak ada seorang pun yang bisa memungkiri dirinya sendiri karena seluruh anggota tubuhnya menjadi saksi atas segala sesuatu yang diperbuatnya. Lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang dulu dikerjakan mereka.

Alasan apapun, lanjut Saiful, juga tidak akan mampu meringankan keputusan Allah SWT. Sebab pada dasarnya, manusia suka beralasan demi menutupi kesalahan maupun keburukan yang telah dilakukan. Padahal Allah SWT sudah memberikan akal kepada manusia untuk berpikir dan hati untuk membuat pertimbangan.

Al-Hakim at-Tirmidzi, dalam Nawadir al-Ushul fi Ma’rifai Ahadits ar-Rasul, menggambarkan Hari Kiamat sebagai hari di mana alasan tidak lagi berguna. Manusia telah dibekali bashirah, tetapi menjadi buta karena hawa nafsu. Dengan bashirah itu, manusia sebenarnya menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mengingkari Tuhannya jika tidak tertutupi hawa nafsu.

 

Sumber: https://saifulelsaba.wordpress.com/ 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement