Senin 09 Nov 2020 14:04 WIB

Jalan Terjal dari Kebangkitan Kembali Partai Masyumi

Partai Masyumi diyakini kesulitan tembus suara minimum parlemen.

Partai Masyumi kembali dideklarasikan. Sejumlah partai Islam mengaku tak terancam.
Partai Masyumi kembali dideklarasikan. Sejumlah partai Islam mengaku tak terancam.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arif Satrio Nugroho, Nawir Arsyad Akbar

Partai Masyumi merupakan partai Islam yang pernah berjaya di tahun 50-an. Akhir pekan lalu, Partai Masyumi dihidupkan kembali.

Baca Juga

Pimpinan Dewan Dakwah Islamiyah Cholil Ridwan mendeklarasikan kebangkitan Partai Masyumi. Cholil mendeklarasikan partai dengan harapan bisa mendulang kesuksesan yang sama dengan partai terdahulu. Jalan Masyumi namun diprediksi bakal terjal.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, partai politik baru dalam iklim politik Indonesia saat ini akan mengalami hal yang sama. Yaitu kesulitan menembus batas minimum parlemen sebesar empat persen.

"Peluang mengikuti Pemilu 2024 mungkin saja mengingat waktu yang masih cukup panjang, hanya saja untuk meraih suara minimum parlemen akan sangat sulit," kata Dedi pada Republika.co.id, Senin (9/11).

Dedi menyebut, ada dua hal yang membuat Masyumi kesulitan meraih suara minimum. Pertama, suara pemilih Islam sejauh ini tidak solid dan harus diperebutkan oleh sejumlah parpol. Bahkan, kata dia, PPP sekalipun menghadapi kesulitan yang luar biasa meskipun parpol senior.

Kedua, meskipun Masyumi hingga hari ini miliki afiliasi pemilih, sebut saja pemilih Sumatra Barat yang kental nuansa Masyumi, namun pemilih tersebut sudah terkonversi ke PKS. Menurut Dedi, mereka juga sudah nyaman dengan pilihan tersebut.

Masyumi Reborn dalam deklarasinya ingin mengulang kesuksesan partai Masyumi terdahulu, yang akhirnya dibubarkan Presiden Soekarno. Menurut Dedi, romantisme masa lalu Masyumi memang bisa meningkatkan popularitas.

Popularitas itu tidak menjamin adanya konversi elektabilitas. "Jauh dan terjal," kata Dedi.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, mengatakan hadirnya Partai Masyumi Reborn ini akan semakin meramaikan persaingan ceruk Muslim dalam panggung politik Indonesia. Sejauh ini, sudah ada partai yang menegaskan garis Islam dalam politiknya, sebut saja PAN, PKS, PKB, PPP, dan PBB. Terbaru, eks pentolan PAN Amien Rais juga mendirikan Partai Ummat.

"Akan saling mengalahkan satu sama lain," kata Ujang, menanggapi kehadiran partai Islam baru.

Masalahnya, ceruk suara Muslim juga banyak diambil oleh partai nasionalis yang memiliki platform nasionalis religius. Survei Indikator Politik Indonesia pada Oktober 2020 lalu menyatakan, tidak ada partai bercorak Islam dalam tiga partai dengan elektabilitas tertinggi. Tertinggi masih PDIP (25,2 persen), Gerindra (21,1 persen), dan Golkar (6,7 persen).

Setelah itu, barulah PKS (5,9 persen) dan PKB (4,1 persen). Sementara, PAN dan PPP masih terseok dengan masing-masing 1,1 persen dan 0,6 persen.

Maka itu, menurut Ujang, layak ditunggu apakah Masyumi Reborn akan ada di papan tengah atau cenderung layu sebelum berkembang. Untuk melihat itu, kata dia, maka bergantung pada strategi dan pendekatan pada rakyat. Elektabilitas juga bergantung pada program-program yang ditawarkan pada publik.

"Apakah sama programnya dengan partai lain. Ataukah memiliki diferensiasi. Jika sama programnya dengan partai lain, maka akan sulit bersaing. Untuk leading memang susah dan berat. Butuh effort dan perjuangan yang keras," ujar Pengajar Ilmu Politik dari Universitas Al Azhar itu.

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, justru menyambut baik hadirnya Partai Masyumi. Menurut dia, umat Muslim di Indonesia akan memiliki banyak pilihan dalam pemilu. "Saya mengucapkan selamat, mari kita fastabiqul khairat, berlomba dalam kebaikan dan merebut suara umat," ujar Jazilul lewat pesan singkat, Ahad (8/11).

PKB pun tak khawatir pendukungnya akan menyeberang ke partai lain. Sebab partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar itu mengklaim sudah memiliki basis massa yang kuat di banyak daerah.

Meski begitu, ia mengingatkan sejumlah tantangan bagi Partai Masyumi dalam berpolitik di Indonesia. Salah satunya adalah ambang batas parlemen yang sulit dicapai oleh partai-partai baru.

"Itu tidak mudah, apalagi bila hanya mengandalkan romantisme masa lalu. Saat ini ideologi masa lalu mulai pudar karena keadaan sudah berubah dan masyarakat makin pragmatis," ujar Jazilul.

Senada dengan PKB, Partai Amanat Nasional (PAN) dikatakan Wakil Ketua Umum Viva Yoga Mauladi pun tak merasa terancam dengan kembalinya Partai Masyumi. Sebab ideologi dan basis pemilih antara keduanya dinilainya berbeda.

PAN disebutnya menganut ideologi nasionalis-religius. Sedangkan Partai Masyumi berideologikan Islam.

"PAN tidak merasa terancam, atau terganggu depan kelahiran Partai Masyumi karena basis sosialnya berbeda. Meski dalam beberapa daerah ada segmen pemilih yang berhimpitan," ujar Viva Yoga saat dihubungi. Dalam berdemokrasi, PAN justru senang dengan kehadiran Partai Masyumi di kancah politik Indonesia.

PAN  bahkan mengajak Partai Masyumi untuk bersinergi dalam membangun basis konstituen di masyarakat. Pasalnya di era demokrasi modern seperti saat ini, hal tersebut menjadi salah satu tantangan partai politik.

Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani, mengatakan hal yang sama. "Kami yang di PPP tidak melihat kelahiran Partai Masyumi ini sebagai ancaman atau saingan terhadap PPP," ujar Arsul.

PPP pasalnya telah memiliki pendukung yang solid. Sehingga kehadiran Partai Masyumi dinilainya bukan merupakan sebuah ancaman.

"Ada pemilih PPP yang loyal, di mana dalam keadaan PPP pada situasi negatif saja masih loyal dengan PPP," ujar Arsul.

Kehadiran Partai Masyumi dinilainya juga sebagai pembangkit keyakinan bagi PPP untuk menyerap aspirasi masyarakat. Khususnya dari kalangan umat Muslim di Indonesia.

Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) melihat kehadiran Partai Masyumi sebagai mitra. "Kehadiran parpol-parpol baru sebagai bagian dari kreativitas elemen bangsa Indonesia yang akan menjadi mitra berdemokrasi yang sehat," ujar Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah.

Pendirian Partai Masyumi harus sesuai konsensus nasional bangsa Indonesia, yakni menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Serta, Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai konstitusi negara.

"Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan dan sistem sosial bangsa Indonesia beserta berbagai regulasi lain yang mengatur kehidupan ormas dan partai politik di Indonesia," ujar Basarah.

Kehadiran Partai Masyumi juga dapat menjadi partner dalam pembangunan bangsa, yang saling melengkapi. Agar demokrasi Indonesia semakin berkualitas ke depannya, serta tetap dalam koridor etika dan hukum yang berlaku.

PDIP berkeyakinan, jalan demokrasi yang telah dipilih dan ditempuh bangsa Indonesia selama ini akan dapat mengantarkan Indonesia sampai kepada tujuannya. Yaitu membangun kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Partai politik Islam Indonesia, Masyumi, secara resmi telah kembali dideklarasikan tepat di hari ulang tahun Masyumi yang ke-75. Pembacaan ikrar deklarasi itu dipimpin A Cholil Ridwan.

"Kami yang bertanda tangan dibawah ini, mendeklarasikan kembali aktifnya Partai Politik Islam Indonesia yang dinamakan 'Masyumi'," ujar Cholil dengan diikuti yang lainnya yang hadir di Gedung Dewan Dakwah, Jakarta Pusat, maupun yang mengikuti lewat daring, Sabtu (7/11).

Dalam deklarasinya, mereka berjanji akan berjihad demi terlaksananya ajaran dan hukum Islam di Indonesia melalui Masyumi. Setelah pembacaan ikrar dilaksanakan, para peserta yang mengikuti kegiatan tersebut langsung menyuarakan takbir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement