Senin 09 Nov 2020 00:10 WIB

6 Negara Laporkan Covid-19 Cerpelai

AS dan Denmark termasuk dalam enam negara yang laporkan kasus cerpelai.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nora Azizah
AS dan Denmark termasuk dalam enam negara yang laporkan kasus cerpelai (Foto: ilustrasi cerpelai)
Foto: EPA
AS dan Denmark termasuk dalam enam negara yang laporkan kasus cerpelai (Foto: ilustrasi cerpelai)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, enam negara laporkan kasus Covid-19 terkait peternakan cerpelai. Denmark dan Amerika Serikat (AS) termasuk di antara enam negara yang telah melaporkan kasus tersebut. Kemudian, Italia, Belanda, Spanyol, dan Swedia adalah negara lain yang mencatat SARS-CoV-2 pada cerpelai.

Denmark telah memberlakukan tindakan ketat di bagian utara negaranya. Hal ini dipicu oleh peringatan bahwa mutasi virus telah merambah dari cerpalai ke manusia yang telah menginfeksi 12 orang.

Baca Juga

Kopenhagen kemudian memperingatkan bahwa mutasi dapat mengancam keefektifan vaksin di masa depan. Perdana Menterinya pun memerintahkan pemusnahan 17 juta cerpelai guna menghindari penyebaran yang meluas.

Para ilmuwan mengatakan mutasi virus adalah hal biasa dan seringkali tidak berbahaya. WHO menilai mutasi ini tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah pada manusia.

Namun demikian, otoritas kesehatan Denmark telah menyatakan keprihatinannya bahwa strain ini, yang dikenal sebagai "Cluster 5", tidak dihambat oleh antibodi yang setara dengan virus normal. Hal ini dikhawatirkan dapat mengancam keefektifan vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia.

"Pengamatan awal menunjukkan bahwa gambaran klinis, tingkat keparahan dan penularan di antara mereka yang terinfeksi serupa dengan virus SARS-CoV-2 yang beredar," kata pernyataan WHO pada Jumat lalu dikutip laman Channel News Asia, Ahad. Namun, WHO memperingatkan bahwa varian cluster 5 ini memiliki kombinasi mutasi, atau perubahan yang belum pernah diamati sebelumnya.

"Implikasi dari perubahan yang teridentifikasi pada varian ini belum dipahami dengan baik," kata WHO.

Badan PBB tersebut mengatakan, temuan awal menunjukkan varian terkait cerpelai telah cukup menurunkan sensitivitas terhadap antibodi penawar. WHO juga menyerukan studi lebih jauh untuk memverifikasi temuan awal dan untuk memahami implikasi potensial dari teman ini dalam diagnostik, terapeutik, dan vaksin dalam pengembangan.

"Meskipun virus diyakini secara leluhur terkait dengan kelelawar, asal dan inang perantara SARS-CoV-2 belum diidentifikasi," kata WHO.

Sejak Juni tahun ini, 214 kasus Covid-19 pada manusia telah diidentifikasi di Denmark dengan varian SARS-CoV-2 yang terkait dengan cerpelai, termasuk 12 kasus dengan varian unik, yang dilaporkan pada 5 November.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement