Senin 09 Nov 2020 00:05 WIB

Kemenangan Joe Biden Diprediksi Perkuat Diplomasi AS

Hubungan diplomasi AS dengan dua negara Korea diprediksi akan semakin kuat.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nora Azizah
Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat diperkirakan akan mengubah pendekatan diplomasi negara tersebut dengan Korea Utara dan Korea Selatan.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat diperkirakan akan mengubah pendekatan diplomasi negara tersebut dengan Korea Utara dan Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat diperkirakan akan mengubah pendekatan diplomasi negara tersebut dengan Korea Utara. Sementara itu, hubungan AS dengan Korea Selatan diperkirakan akan semakin kuat.

"Biden sudah mendeklarasikan dia tidak akan terlibat dalam pertemuan seperti yang dilakukan Trump. Sebaliknya, Biden akan kembali ke diplomasi bergaya bottom-up yang mengutamakan progres soal denuklirisasi selama pertemuan diplomat tingkat kerja," kata Peneliti Senior Lembaga Heritage Foundation, dilansir di Yonhap, Ahad (8/11).

Baca Juga

Donald Trump sebelumnya bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un sebanyak tiga kali. Pertemuan pertama keduanya terjadi di Singapura pada tahun 2018. Mereka mengadakan pertemuan kedua di Hanoi, Vietnam pada tahun 2019.

Namun, pertemuan kedua tersebut berakhir tanpa kesepakatan. Selanjutnya, kedua pemimpin sempat bertemu kembali di perbatasan antar-Korea pada Juni 2019. Sejak saat itu tidak ada lagi kemajuan diplomasi kedua negara.

Biden dinilai sangat kritis terhadap pertemuan-pertemuan ini. Menurutnya, pertemuan ini hanya memberikan Kim pengakuan global yang telah lama diinginkan tanpa mendapatkan imbalan apapun.

Bien juga pernah mengatakan, dirinya akan bertemu dengan Kim dengan persyaratan-persyaratan. Ia menegaskan, Korea Utara harus lebih dulu setuju untuk mengurangi atau menyerahkan persenjataan nuklirnya.

"Dengan syarat (Kim) setuju bahwa dia akan menurunkan kapasitas nuklirnya," kata Biden, dalam debat TV presiden kedua yang diadakan pada 22 Oktober 2020 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement