Ahad 08 Nov 2020 12:46 WIB

Jangan Mengeluh! Kisah 'Emak-Emak' Produktif Saat Pandemi

Usahanya cukup membantu suami mewujudkan rumah dan kendaraan

Pekerja menyelesaikan produksi kue kukus mawar di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (27/10/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berencana menggratiskan sertifikasi halal untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengupayakan Indonesia menjadi produsen produk halal utama di dunia pada 2024 mendatang.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Pekerja menyelesaikan produksi kue kukus mawar di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (27/10/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berencana menggratiskan sertifikasi halal untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengupayakan Indonesia menjadi produsen produk halal utama di dunia pada 2024 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Ketidakpastian pandemi tidak membuat kaum  ibu di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, menyerah dengan keadaan. Untuk dapat ikut memperkuat perekonomian keluarga, mereka berjuang dengan berdagang lewat dunia maya. 

"Asal ada handphone dan kuota internet, itu sudah cukup buat meraup pundi-pundi rupiah dari rumah," kata Ruchi Ramanda Deri, ibu rumah tangga di Tanjungpinang, Sabtu (7/11).

Ruchi, sapaan akrabnya, semula menggeluti usaha jasa jahit aneka perlengkapan bagi wanita yang baru melahirkan, misalnya kasur dan bantal bayi. Usaha ini sudah ditekuninya sejak  2001 atau selang setahun dia dan suami pindah dari Padang, Sumatra Barat ke Jalan Sri Andana, Tanjung pinang. Pada awal Maret 2020, ibu dua anak itu juga membuka jasa jahit masker kain dengan melibatkan sejumlah mahasiswa dan ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerja lepas.

Dalam sehari, ratusan hingga ribuan buah masker berhasil diproduksi dan habis terjual. Pembeli rata-rata dari kantor instansi pemerintahan, pedagang, dan masyarakat umum.

Sepekan menjelang puasa, dia memutuskan berhenti produksi masker dengan alasan sulit mendapatkan bahan kain kualitas premium. Di sisi lain, produksi/penjual masker sudah banjir di Tanjungpinang.Demikian dengan produksi perlengkapan bayi yang dihentikan untuk sementara akibat Covid-19.

"Habis Lebaran 2020, saya putuskan berhenti produksi dulu. Mudah-mudahan pandemi segera berakhir, produksi dilanjutkan lagi," ujar Ruchi.

Berhenti produksi menjahit lantas tidak membuat Ruchi duduk berleha-leha. Dia memutar otak bagaimana tetap berpenghasilan dari rumah kala wabah masih menjarah negeri ini. Ruchi rupaya cukup jeli membaca peluang. Dia melihat pada masa pandemi sejumlah UMKM kerajinan mulai merambah ke bisnis kuliner online. Namun, secara branding dan desain kemasan produk, UMKM tersebut tampak belum siap bergelut dalam bisnis daring.

Wanita yang memiliki pengalaman bekerja sebagai desainer di perusahaan pers Riau Pos Grup itu pun akhirnya membuka kelas daring edit foto dan video menggunakan handphone. Tujuannya agar kemasan produk UMKM Tanjungpinang memiliki branding dan kemasan yang dapat menarik minat konsumen."Karena pertama kali yang dilihat pembeli itu adalah branding dan kemasan, bukan produk," kata dia.

Lulusan S-1 Sosiologi itu mempromosikan kelas online-nya via Facebook. Dia mempromosikan jasa layanannya ke pemilik-pemilik UMKM melalui jaringan pribadi WhatsApp.Peserta yang ingin ikut kelas daring cukup membayar Rp30 ribu sampai Rp50 ribu untuk 5 hari pelatihan.

Materi pelatihan, misalnya bagaimana menggunakan Canva, aplikasi desain grafis online yang mudah digunakan bagi pemula untuk membuat foto maupun video bergerak."Pelatihan dilakukan melalui grup WhatsApp. Saya siapkan bahan dalam bentuk video lalu disebarkan ke dalam grup, peserta yang tidak paham tinggal bertanya melalui voice note atau pesan suara," kata dia.

Dalam sebulan, Ruchi biasa membimbing tiga hingga empat kelas daring. Peserta yang ikut kelas sampai saat ini sudah mencapai ratusan orang. Mereka lebih banyak dari luar daerah, seperti Jakarta dan Medan.Kalau untuk sasaran pemilik UMKM di Tanjungpinang yang ikut kelas, justru sangat minim. Dibuka kelas gratis sekalipun mereka enggan untuk ikut, apalagi berbayar."Kalau dari luar Tanjungpinang itu lebih banyak pemilik online shopping yang ikut karena mereka sangat butuh materi bagaimana membuat kemasan suatu produk melalui aplikasi foto dan video," tutur Ruchi.

Ruchi juga menjual produk template, yakni dokumen predesain yang dapat digunakan untuk membuat dokumen baru dengan lebih cepat.Buah dari hasil karyanya itu dijual kepada pemilik UMKM maupun online shopping seharga sekitar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.

Penjual tinggal memasukkan foto atau video produk jualannya ke dalam tampilan template yang sudah ada, bahkan Ruchi turut mendampingi penggunanya sampai mahir.Tidak berhenti sampai di situ, selama pandemi ini dia juga aktif menjual produk-produk kesehatan secara daring di berbagai daerah, meliputi Tanjungpinang, Medan, hingga ke Palembang. Apalagi, permintaan produk kesehatan meningkat selama pandemi ini.

Usaha wanita berusia 34 tahun itu sudah cukup untuk membantu sang suami mewujudkan rumah dan kendaraan impian. Di satu sisi, kegiatan tersebut dilakukan secara daring dari rumah, tanpa melibatkan kontak fisik dengan orang lain.Hal ini tentunya sejalan dengan kondisi pandemi ini.

Dia pun meminta kaum ibu tidak banyak mengeluh selama menghadapi pandemi. Meski dengan protokol kesehatan,dia mengungkapkan, banyak model bisnis yang bisa dilakukan dari rumah. Intinya beradaptasi dan baca peluang.

Setali tiga uang, Asmira (25), ibu muda asal Kelurahan Kampung Bugis pun menggeluti bisnis daring. Selama pandemi, dia fokus menjual masker dan pakaian anak-anak hingga orang dewasa.Pekerjaan ini jauh dari kata repot. Pembeli/pemesan barang dilayani melalui pesan WhatsApp atau Facebook.Pesanan yang masuk tinggal diteruskan ke yang empunya barang, umumnya berada di wilayah Jakarta dan Pulau Jawa.

Biasanya pesanan 3 hari sudah sampai ke rumah melalui jasa pengiriman barang. Pembeli tinggal datang, lalu ambil.Dari hasil jualan itu, Asmira memperoleh keuntungan yang yang cukup lumayan. Misalnya, menjual masker seharga Rp5.000,00 per buah, sementara modal yang dikeluarkan Rp3.500,00/buah sehingga keuntungan yang didapatkan sebesar Rp1.500,00/buah."Alhamdulillah, dapat menambah penghasilan sehari-hari. Jualan bisa sambil jaga anak di rumah," katanya.

Ibu satu anak ini pun merupakan seorang agen Lakupandai, yang merupakan perpanjangan tangan salah satu bank di Tanjungpinang.Bermodal ATM mini dari pihak bank, sehari-hari Asmira melayani berbagai transaksi keuangan warga setempat di kediamannya.Hal itu sangat membantu masyarakat sekitar sebab mereka tidak perlu lagi bertransaksi ke kantor pusat di Tanjungpinang. Apalagi, harus menyeberang laut, lalu naik ojek menuju lokasi, atau waktu tempuh perjalanan darat sekitar 30 menit.

Dari setiap transaksi, dia memperoleh honor sebesar Rp10 ribu. Dalam sebulan Asmira bisa membukukan pendapatan Rp3 juta sampai Rp4 juta. Untuk warga yang datang betransaksi di rumahnya, wajib pakai masker dan cuci tangan. Kalau tidak, wanita yang akrab Mira ini menolak mereka demi mencegah pandemi Covid-19.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement