Jumat 06 Nov 2020 20:11 WIB

Petani di Sumsel Tertarik Tanam Jahe, Ini Alasannya

harga jahe mengalami peningkatan cukup signifikan dalam dua bulan terakhir

Mahasiswa pertanian memilih bibit tanaman jahe merah untuk dibagikan di Padang, Sumatera Barat, Minggu (9/8/2020). Ikatan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (IKA FPUA) bersama mahasiswa dan Pemkot Padang, membagikan secara gratis kepada warga sebanyak 2.000 bibit jahe merah, agar dapat ditanam di pekarangan rumah masing-masing dan dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh sebagai upaya pencegahan COVID-19.
Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA
Mahasiswa pertanian memilih bibit tanaman jahe merah untuk dibagikan di Padang, Sumatera Barat, Minggu (9/8/2020). Ikatan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (IKA FPUA) bersama mahasiswa dan Pemkot Padang, membagikan secara gratis kepada warga sebanyak 2.000 bibit jahe merah, agar dapat ditanam di pekarangan rumah masing-masing dan dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh sebagai upaya pencegahan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG — Sejumlah petani di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan tertarik menanam jahe karena harganya terus merangkak naik di tengah pandemi COVID-19.

T Puji Santoso (45), petani asal Desa Sinar Napalan, Kecamatan Buay Pemaca, yang diwawancarai dari Palembang, Jumat, mengatakan, harga jahe mengalami peningkatan cukup signifikan dalam dua bulan terakhir dari Rp10.000/Kg menjadi Rp20.000/Kg.

“Sekarang banyak yang nanam jahe di desa kami, karena harga sedang bagus,” kata dia.

Ia mengatakan di tengah pandemi COVID-19 ini, hanya jahe dan karet yang mengalami kenaikan harga, sementara untuk komoditas lain seperti cabai, kopi, sawit, lada, kakao dan jenis sayuran lainnya relatif tidak berbeda dengan tahun lalu.

“Cabai harganya berubah-ubah tergantung cuaca, biasa itu. Kalo kopi, sama seperti tahun lalu stabil Rp17.000/Kg, hanya karet saja bergerak naik dari Rp4.500/Kg (masa pengeringan 1 minggu) menjadi Rp6.500/Kg,” kata petani yang tergabung dalam kelompok tani Sumber Rezeki ini.

Hartama, petani lainnya di desa tersebut mengatakan dirinya saat ini memanfaatkan lahan tidur untuk menanam jahe. Lahan tersebut sebelumnya, merupakan lahan karet namun lantaran harga komoditas tersebut terus anjlok dalam tiga tahun terakhir maka dibiarkan terbengkalai setelah pohonnya ditebang.

“Saya tanami jahe saja, ada juga cabai, dan jenis palawija lainnya. Sejauh ini memang menanam jahe cukup menguntungkan karena harga di pasar tinggi, apalagi lagi dalam 3-4 bulan sudah bisa panen,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Endang Tri Wahyuningsih mengatakan peningkatan harga jahe itu lantaran tingginya permintaan masyarakat terhadap produk rempah-rempah yang dijadikan bahan utama membuat minuman sehat.

“Di tengah pandemi ini, produk makanan dan minuman sehat yang terbuat dari bahan-bahan alami menjadi buruan. Sehingga tanaman-tamanan rempah-rempah seperti jahe, kuyit harganya juga ikut naik,” kata dia.

Ini terlihat jelas pada data Nilai Tukar Pertani untuk pertani holtikultura jenis tanaman obat. Pada Oktober 2020, NTP petaninya mencapai indeks 113,69. Meski turun tipis jika dibandingkan September yang mencapai indeks 115,62, tapi indeks sudah melewati angka 100.

Sementara untuk tanaman jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, indeksnya belum mencapai 100 yakni 91,94 dan 98,48 pada Oktober 2020. NTP perikanan 98,42, NTP tanaman pangan 96,41, NTP holtikultura 91,41, NTP perkebunan 99,23, NTP peternakan 100,66, NTP perikanan 97,37, NTP perikanan tangkap 99,71dan perikanan budidaya 99,22.

“Jika indeks di atas 100 maka dipastikan petaninya untung,” kata dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement