Jumat 06 Nov 2020 19:12 WIB

Uni Eropa Dukung Prancis Lawan ‘Ekstremis’ Islam, Ironis?

Uni Eropa menyebut dukungan ke Prancis untuk melawan radikalis Islam

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Uni Eropa menyebut dukungan ke Prancis untuk melawan radikalis Islam Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Uni Eropa menyebut dukungan ke Prancis untuk melawan radikalis Islam Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, Ali Abunimah, salah satu pendiri The Electronic Intifada dan penulis The Battle for Justice in Palestine, menulis sebuah artikel berjudul 'UE Mendukung Perang Prancis Melawan Islam'.

Dalam tulisannya Abunimah menyorot komentar Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell yang mengatakan, "Kita harus memerangi terorisme Islam bersama-sama."

Baca Juga

Borrell juga menulis bahwa 'gelombang terorisme' ini telah menargetkan fondasi masyarakat sekuler dan demokratis yang mayoritas diterapkan negara-negara Eropa. “Kami harus mengidentifikasi dengan tepat jenis terorisme yang kami hadapi,” tambah Borrell.

Abunimah juga melampirkan beberapa alasan Borrell yang menurutnya berbelit-belit. Borrell mengatakan, alasannya memberikan label 'terorisme Islam' adalah karena para pelaku dan pendukungnya mengaku melakukan aksi teror tersebut atas nama Islam. Tetapi kita harus menghindari untuk mengidentifikasi terorisme ini dengan Islam, ujarnya menambahkan.

"Terorisme ini hanya mengacu pada ekstremisme beberapa orang, mencari pembenaran palsu atas kebodohan mereka di salah satu agama besar di dunia," ujarnya.

"Perlu dicatat bahwa meskipun Uni Eropa bersikeras memberi label tindakan kekerasan yang dilakukan Muslim sebagai "Islamis", Uni Eropa menolak untuk mengidentifikasi korban terorisme sebagai Muslim ketika mereka menjadi sasaran agama mereka," tulis Abunimah yang ditayangkan di Electronic in Tifada, Jumat (6/11).

Dia mengilas balik kejadian pembantaian pada Maret 2019 di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, oleh seorang supremasi kulit putih Australia, Federica Mogherini, pendahulu Borrell sebagai kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, bahkan tidak menyebutkan bahwa para korbannya adalah Muslim yang berkumpul untuk sholat di masjid.

"Kelalaian yang mengejutkan ini, yang umum dalam pernyataan banyak pemimpin Eropa,  kontras dengan bagaimana Uni Eropa dengan rajin menyebut agama para korban ketika mereka beragama Kristen atau Yahudi," ujarnya.

"Jadi seberapa baik Uni Eropa memenuhi itu? Tidaklah mengherankan jika kemunafikan yang paling jelas terlihat dalam pendekatan Uni Eropa terhadap Israel," ujar Abunimah menambahkan.

Tentara Israel dan pemukim bersenjata secara teratur melakukan kekerasan skala besar terhadap orang Palestina atas nama "orang Yahudi" dan dalam mengejar apa yang ditafsirkan Israel sebagai nilai-nilai Yahudi. Israel bahkan membenarkan penjajahannya yang kejam atas tanah Palestina yang diduduki dengan istilah agama secara khusus.

Tahun lalu, duta besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Tuhan memberikan "Tanah Israel", termasuk seluruh Palestina yang bersejarah, kepada orang Yahudi. Dia bahkan mengangkat salinan Alkitab dan menyatakan, "Ini adalah perbuatan kami untuk tanah kami."

Israel telah mengabadikan teologi Yahudi ini dalam hukum konstitusionalnya yang berisi, "Israel adalah negara-bangsa dari orang-orang Yahudi, yang di dalamnya ia memenuhi hak alamiah, agama, dan historisnya untuk menentukan nasib sendiri."

Seorang pejabat tinggi Israel bahkan mengklaim bahwa Benjamin Netanyahu bukan hanya perdana menteri Israel, melainkan "pemimpin orang-orang Yahudi" di seluruh dunia, atau semacam paus Yahudi. Tetapi saya tidak dapat menemukan catatan Uni Eropa yang mengutuk kejahatan Israel yang tak henti-hentinya sebagai "kejahatan Yahudi" atau, katakanlah, "terorisme Yudais", tulis Abunimah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement