Kamis 05 Nov 2020 22:38 WIB

Hebatnya Unit Intelijen Militer Rasulullah di Bawah Abdullah

Unit intelijen berada di bawah komando sahabat Abdullah bin Jahsy

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Unit intelijen berada di bawah komando sahabat Abdullah bin Jahsy. Ilustrasi sahabat Rasulullah
Foto: ist
Unit intelijen berada di bawah komando sahabat Abdullah bin Jahsy. Ilustrasi sahabat Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW pernah mengirim satuan pasukan khusus ke daerah Nakhl atau Nakhlah. Misi ini dipimpin sahabat Abdullah bin Jahsy. Ia bersama dua belas sahabat lainnya bergerak ke Nakhl yang terletak sekitar lima ratus kilometer dari Madinah dan sudah dekat dari Makkah. Regu kecil ini mengemban tugas mengumpulkan informasi intelijen tentang penduduk Makkah. 

Menurut perhitungan Rasulullah, tugas seberat itu nyaris menjadi misi bunuh diri bagi ketiga belas orang sahabat tersebut. Itulah sebabnya, Rasulullah dengan sifat fathanahnya, memilih sosok yang tepat untuk memimpin misi itu. Sosok yang paling cocok untuk memimpin satuan intelijen ini haruslah seseorang yang berani mati serta tidak pernah tertarik terhadap dunia. Dan Abdullah bin Jahsy adalah sosok yang dicari-cari itu.   

Baca Juga

Ketika satuan militer yang dipimpin Abdullah bin Jahsy telah siap berangkat, Rasulullah menyerahkan sepucuk surat yang berisi instruksi Rasulullah tentang tujuan dari misi militer tersebut. Rasulullah melarang Abdullah membuka surat tersebut sebelum sampai di tujuan. Selain itu, Rasulullah juga memerintahkan Abdullah bin Jahsy untuk tidak memaksa anak buahnya ikut dalam misi tersebut. Semua personel yang terlibat dalam misi intelijen itu harus ikut secara sukarela.  

Setelah rombongan itu bergerak, ternyata ada satu orang di antara mereka yang mundur, sedangkan para personel lainnya melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mereka tiba di Nakhl. Seperti yang telah disampaikan Rasulullah, di tempat itu Rasulullah mendapatkan surat perintah Rasulullah yang dibawanya. Tak lama kemudian, para sahabat itu pun memulai misi mereka. Akan tetapi ketika mereka sedang melaksanakan tugas, tiba-tiba terjadilah sesuatu yang sama sekali di luar dugaan, yaitu terbunuhnya seorang musyrik di tangan mereka.  

Peristiwa itu langsung digunakan orang-orang musyrik untuk menyebarkan fitnah terhadap umat Islam. Mereka berkata bahwa Rasulullah dan para sahabatnya telah melanggar bulan haram karena mereka telah melakukan pembunuhan. Selain itu, mereka juga dituding merampas hak orang lain serta menawan beberapa orang. Ketika fitnah yang dilontarkan kafir Quraisy semakin parah, Allah SWT pun menurunkan ayat: 

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَكُفْرٌۢ بِهِۦ وَٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِۦ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَٱلْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ ٱسْتَطَٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah: 217).   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement