Kamis 05 Nov 2020 13:23 WIB

Konsumsi Rumah Tangga Sumber Kontraksi Ekonomi Terdalam

Peranan konsumsi rumah tangga dalam struktur perekonomian Indonesia sekitar 57 persen

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menunggu pembeli di Pasar Induk, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (2/10/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga masih mengalami kontraksi pada kuartal ketiga, yaitu di level 4,04 persen (year on year/yoy).
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Pedagang menunggu pembeli di Pasar Induk, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (2/10/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga masih mengalami kontraksi pada kuartal ketiga, yaitu di level 4,04 persen (year on year/yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konsumsi rumah tangga masih mengalami kontraksi pada kuartal ketiga, yaitu di level 4,04 persen (year on year/yoy). Pertumbuhan negatif ini bahkan menjadi sumber kontraksi terdalam ekonomi pada kuartal ketiga yang juga masih mencatatkan penyusutan hingga 3,49 persen (yoy).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, peranan konsumsi rumah tangga dalam struktur perekonomian Indonesia besar, yaitu sekitar 57 persen. Ketika komponen ini mengalami kontraksi, dampaknya pun akan signifikan ke pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga

"Sumbangannya minus 2,17 persen ke pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/11).

Meski masih mengalami kontraksi, Suhariyanto menjelaskan, penyusutan pada konsumsi rumah tangga membaik dibandingkan realisasi pada kuartal kedua 2020 yang mencapai minus 5,52 persen (yoy). Perbaikan terutama terlihat melalui kenaikan volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga yang tumbuh 11,62 persen.

Di sisi lain, banyak indikator yang masih mencerminkan kontraksi pada komponen pengeluaran rumah tangga. Penjualan eceran mengalami penurunan 9,64 persen yang terjadi pada penjualan sandang, bahan bakar kendaraan hingga perlengkapan rumah tangga lainnya.

Impor barang konsumsi juga masih kontraksi 19,12 persen. Begitupun dengan penjualan wholesale untuk mobil penumpang dan sepeda motor yang masing-masing turun 68,47 persen dan 46,14 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Fenomena lainnya, terjadi penurunan nilai transaksi uang elektronik, kartu debit dan kartu kredit. "Kontraksinya 9,32 persen," kata Suhariyanto.

Pemulihan pada konsumsi rumah tangga juga sudah diproyeksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Berbagai relaksasi aktivitas ekonomi seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi faktor utamanya.

Meski demikian, pertumbuhan negatif masih sulit dihindari pada kuartal ketiga mengingat PSBB di Jakarta dan beberapa daerah sekitarnya sempat diperketat. "Tapi, (re: kontraksi) lebih rendah dibandingkan kuartal kedua yang mencapai minus 5,5 persen," ucapnya dalam Konferensi Pers Komite Sistem Stabilitas Keuangan (KSSK) secara virtual, Selasa (27/10).

Sri berharap, tren pemulihan konsumsi rumah tangga semakin terjadi pada kuartal terakhir. Hal ini sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat di pusat aktivitas dan aktivitas dunia usaha yang mengarah pada level normal.

"Kita lihat untuk konsumsi (rumah tangga) diharapkan akan bisa meningkat sehingga mendekati nol persen pada kuartal keempat," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement