Jumat 06 Nov 2020 01:56 WIB

Benarkah Duduk Terlalu Lama Pengaruhi Otak?

Duduk terlalu lama kerap dianggap berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Orang duduk menonton TV (ilustrasi). Masyarakat didorong untuk menyeimbangkan waktu sedentarinya dengan aktivitas fisik.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Orang duduk menonton TV (ilustrasi). Masyarakat didorong untuk menyeimbangkan waktu sedentarinya dengan aktivitas fisik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola hidup sedentari, seperti terlalu banyak duduk, kerap dianggap berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Hal ini bahkan menginspirasi beberapa pihak untuk memproduksi meja kerja berdiri hingga meja kerja treadmill.

Pada lansia, aktivitas fisik juga dinilai penting untuk menjaga fungsi otak tetap optimal dan menekan risiko demensia. Akan tetapi, studi terbaru dalam jurnal American Psychological Association, Psychology, and Aging menunjukkan hal yang sedikit berbeda.

Baca Juga

Studi yang dilakukan tim peneliti dari Colorado State University, AS menunjukkan bahwa perilaku sedentari tidak sepenuhnya buruk. Syaratnya, perilaku sedentari ini tetap perlu disertai dengan penerapan aktivitas fisik yang cukup.

Studi ini melibatkan 228 orang tua sehat berusia 60 hingga 80 tahun. Berdasarkan studi ini, tim peneliti mendapati bahwa partisipan rutin melakukan aktivitas fisik memiliki kemampuan nalar, daya ingat, dan kecepatan berpikir yang lebih baik.

Di lain sisi, partisipan yang memiliki pola hidup lebih sedentari cenderung lebih baik dalam tugas-tugas penalaran dan kosa kata. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak banyak melakukan aktivitas fisik tak sepenuhnya menyebabkan kerugian pada fungsi otak.

Akan tetapi, studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui secara pasti bagaimana para partisipan menghabiskan waktu mereka untuk duduk dan bersantai. Studi lebih lanjut ini perlu dilakukan sebelum tim peneliti mengambil kesimpulan pasti mengenai aktivitas sedentari dan kesehatan kognitif.

Terlepas dari itu, studi terbaru ini tetap menunjukkan bahwa olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin baik untuk kesehatan fisik dan mental. Orang-orang yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik secara aktif dapat terlibat dalam aktivitas yang merangsang kemampuan kognitif.

Asisten profesor Aga Burzynska sebagai ketua tim peneliti mengatakan hubungan antara peningkatan aktivitas fisik dengan kesehatan kardiovaskular dan metabolik telah banyak didokumentasikan. Akan tetapi, hubungan antara peningkatan aktivitas fisik sehari-hari dengan kesehatan kognitif belum banyak disoroti.

"Studi ini berupaya memahami bagaimana perilaku dan kebiasaan kita mungkin berhubungan dengan kondisi kognitif di usia tua," jelas Burzynska, seperti dilansir Health24.

Burzynska ingin menegaskan bahwa studi ini bukan mempromosikan orang-orang untuk tetap menerapkan pola hidup sedentari dan memperbanyak waktu duduk. Akan tetapi, Burzynska mendorong adanya kombinasi di mana di satu sisi seseorang tetap perlu berusaha aktif. Di sisi lain, seseorang itu bisa tetap menikmati waktu sedentarinya sambil melakukan aktivitas yang menstimulasi otak.

"Kombinasi ini mungkin menjadi cara terbaik untuk merawat otak Anda," ujar Burzynska.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement