Kamis 05 Nov 2020 12:33 WIB

Resmi Resesi, IHSG Konsisten Melenggang di Zona Hijau

Perhatian investor masih fokus terhadap Pilpres AS

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten menguat pada perdagangan sesi pertama, Kamis (5/11). Indeks saham ditutup menguat 1,85 persen ke level 5.199 dengan nilai transaksi sebesar Rp 4,72 triliun.
Foto: Prayogi/Republika
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten menguat pada perdagangan sesi pertama, Kamis (5/11). Indeks saham ditutup menguat 1,85 persen ke level 5.199 dengan nilai transaksi sebesar Rp 4,72 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten menguat pada perdagangan sesi pertama, Kamis (5/11). Indeks saham ditutup menguat 1,85 persen ke level 5.199 dengan nilai transaksi sebesar Rp 4,72 triliun.

Pasar melanjutkan tren penguatan di tengah penantian hasil Pilpres di Amerika Serikat (AS). "Perhatian investor masih fokus terhadap Pilpres AS, siapa yang akan menjadi nahkoda AS pada empat tahun mendatang," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Kamis (5/11).

Ketatnya persaingan dua kandidat tersebut membuat hasil Pillpres masih belum memperlihatkan arah calon pemimpin gedung putih. Biddmen masih memimpin dibandingkan Trump dengan posisi senate 47 untuk Demokrat dan 48 untuk Republik. 

Sementara dari dalam negeri, menguatnya IHSG senada dengan menguatnya bursa regional Asia dan global. Penguatan laju IHSG terjadi di tengah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III2020 yang mengalami kontraksi. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan PDB Indonesia pada kuartal III 2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49 persen yoy. Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32 persen yoy. 

Dengan demikian, Indonesia resmi memasuki masa resesi ekonomi, yang ditandai dengan kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. Namun, Nico melihat, pasar tampaknya sudah mengatisipasi hal tersebut. 

Pasar meyakini pertumbuhan ekonomi ke depannya akan lebih baik hal ini seiring dari data PMI manufaktur Oktober sebesar 47,8 dibandingkan bulan sebelumnya di level 47,2. Selain itu, inflasi bulan Oktober tercatat 0,07 persen dibandingkan dengan bulanya sebelumnya yang mengalami deflasi negatif 0,05 persen. 

"Hal ini memberikan gambaran secara perlahan ekonomi dalam negeri mulai pulih," kata Nico.

Sepanjang sesi pertama, investor asing melakukan pembelian bersih di seluruh pasar sebesar Rp 201 miliar. Adapun saham-saham dengan pembelian bersih terbesar antara lain saham BBRI, BBCA, TLKM, MDKA, EXCL. Sedangkan penjualan bersih terbesar saham BBNI, TOWR, WSKT, BMRI, UNTR.

Sementara saham-saham yang mengalami kenaikan terbesar diantaranya YPAS, BOLT, GGRP, DIGI, IKAI. Sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan terbesar diantaranya KARW, JAWA, TGKA, NZIA, ECII.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement