Kamis 05 Nov 2020 01:02 WIB

Simpatisan ISIS Berada di Balik Teror Wina

Sedikitnya 16 orang ditangkap polisi Austria dan Swiss terkait teror di Wina.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Georges Schneider /photonews.at/imago images
Georges Schneider /photonews.at/imago images

Kepolisian Austria mengumumkan pada Selasa (3/11) bahwa seorang ekstremis Islam yang pernah di penjara untuk waktu yang lama, berada di balik penembakan di Wina.

Pihak berwenang sedang menyelidiki motif di balik serangan teror di Wina, yang telah membuat sedikitnya empat orang meninggal dan melukai lebih dari 20 orang tersebut.

Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer mengatakan polisi telah menangkap 14 orang yang memiliki hubungan dengan pria bersenjata pelaku penembakan di kota Wina.

"Ini menunjukkan pendekatan yang tegas dan tanpa henti dari polisi dan otoritas keadilan kami dalam perang melawan terorisme di negara kami," kata Nehammer kepada kantor berita Austria APA.

Kepolisian belum memberikan keterangan lebih lanjut tentang penangkapan ke-14 orang tersebut. Di bawah hukum Austria, penahanan diperbolehkan jika ada risiko tersangka dapat melarikan diri, menyembunyikan bukti atau melakukan lebih banyak kejahatan.

Swiss membantu pengejaran pelaku

Ratusan polisi telah dikerahkan di seluruh Wina untuk mencari para pelaku penembakan. Kepolisian Swiss yang membantu pengejaran pelaku, pada Selasa (3/11) menangkap dua pria berkewarganegaraan Swiss berusia 18 tahun dan 24 tahun, di kota Winterthur.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Makedonia Utara mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tiga orang yang terlibat dalam serangan teror itu, semuanya memiliki kewarganegaraan ganda Austria dan Makedonia Utara. Kemendagri Makedonia Utara juga menambahkan bahwa ketiganya lahir di Austria.

Penembakan di Wina terjadi saat banyak orang pergi keluar untuk menikmati malam terakhir sebelum masa penguncian (lockdown) nasional mulai diberlakukan.

Seorang tersangka penyerang, yang bersenjatakan senapan serbu dan mengenakan rompi palsu, ditembak mati oleh polisi.

Pelaku penembakan adalah simpatisan ISIS

Nehammer mengatakan pada konferensi pers Selasa (3/11) pagi bahwa penyelidikan menunjukkan bahwa pelaku penembakan itu adalah simpatisan kelompok ekstremis ISIS. Dia menambahkan bahwa lebih banyak pelaku masih buron dan mendesak warga untuk tinggal di rumah jika memungkinkan.

Sedikitnya dua pria dan dua wanita meninggal dunia atas serangan teror di Wina tersebut.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan seorang warga negara Jerman termasuk di antara korban meninggal.

"Kami menerima konfirmasi yang menyedihkan bahwa seorang warga Jerman termasuk di antara korban serangan Wina," kata Maas di Berlin.

Otoritas kesehatan yang dikutip oleh kantor berita Austria APA juga mengatakan tujuh korban serangan itu berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Apa yang kami ketahui sejauh ini

  • Tembakan terjadi di luar sinagoge utama Wina sekitar jam 8 malam waktu setempat (1900 UTC) pada Senin (2/11)
  • Pihak berwenang mengatakan penembakan terjadi di enam lokasi berbeda di pusat kota
  • Para saksi menggambarkan pria bersenapan otomatis menembak ke kerumunan di bar dan restoran
  • Masih belum jelas berapa banyak penyerang yang terlibat
  • Setidaknya 1.000 petugas telah dikerahkan untuk mencari para tersangka
  • Negara tetangga, termasuk Jerman dan Republik Ceko, telah meningkatkan pemeriksaan perbatasan

Apa yang kami ketahui terkait pelaku penembakan

  • Pihak berwenang mengatakan satu penyerang yang ditembak mati oleh polisi tampaknya memiliki motif terorisme Islamis
  • Tersangka yang tewas berusia 20 tahun dan memiliki kewarganegaraan ganda di Austria dan Makedonia Utara
  • Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer mengatakan pria itu dihukum penjara pada April 2019 karena mencoba melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ekstremis ISIS
  • Pelaku tersebut dijatuhi hukuman 22 bulan penjara, tetapi dibebaskan lebih awal dengan pembebasan bersyarat pada bulan Desember
  • Pria tersebut juga diduga memposting foto dirinya di Instagram dengan senjata yang diyakini digunakannya dalam serangan teror di Wina
  • Polisi menggunakan bahan peledak untuk memudahkan masuk ke apartemen pria berusia 20 tahun itu
  • Mereka juga telah melakukan penggeledahan di 18 properti lainnya dan melakukan setidaknya 14 penangkapan
  • Nehammer mengatakan tersangka "berhasil mengelabui program deradikalisasi sistem peradilan, mengelabui orang-orang di dalamnya, dan mendapatkan pembebasan lebih awal melalui ini"

Kanselir Austria imbau warganya bersatu

Kanselir Austria Sebastian Kurz menggambarkan penembakan itu sebagai "serangan teror yang menjijikkan" dan mendesak warga Austria untuk bersatu setelah pembunuhan itu.

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Selasa (3/11), Kurz bersumpah bahwa Austria akan mempertahankan demokrasi, hak-hak fundamental dan cara hidup liberalnya.

"Kami tidak akan pernah membiarkan kebencian ini berkembang," kata Kurz.

"Kita harus sadar bahwa ini bukanlah konflik antara Kristen dan Muslim atau antara Austria dan migran," tambahnya.

Kurz melanjutkan: "Musuh kami - terorisme Islam - tidak hanya ingin menyebabkan kematian dan penderitaan, tetapi juga ingin memecah belah masyarakat kami.”

Tiga hari berkabung

Pemerintah Austria mengumumkan tiga hari berkabung nasional dan memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di gedung-gedung publik hingga Kamis mendatang. Di seluruh Wina, bel berbunyi selama satu menit pada Selasa (3/11) untuk menandai momen duka bagi para korban.

"Ada suasana hati yang suram, duka dan kesedihan atas tindakan yang tak berperasaan ini," kata koresponden DW Steve Chaid.

Bagaimana reaksi pemimpin dunia?

Para pemimpin dunia menyatakan terkejut dan menyampaikan belasungkawa setelah serangan itu. Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan solidaritasnya dengan Austria, dengan mengatakan: "Terorisme Islam adalah musuh bersama kami."

Presiden Prancis Emmanuel Macron adalah salah satu yang bereaksi paling cepat pada Senin (2/11) malam. Prancis telah bergulat dengan serangkaian serangan teror mematikan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pemenggalan kepala seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris dan serangan penusukan di sebuah gereja di Nice.

"Kita harus membiarkan musuh kita tahu apa yang mereka hadapi. Kita tidak akan menyerah," kata Macron.

pkp/gtp (AFP, Reuters, AP, dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement